Mobil melaju,membelah aspal jalanan. Suara burung bersahutan mengiringi perjalanan. Jalan sepi dengan beberapa tumbuhan kembali terlihat di sepanjang jalan. Jalan sepi jauh dari arah kota. Aneh rasanya ketika mengetahui ayah dan ibu ingin di makamkan di daerah tempat yang jauh dari rumah. Tapi apalah daya mereka yang memakamkan ketika menemui surat wasiat bertuliskan tempat pemakaman yang ayah dan ibu kehendaki.
Aku dan Meyra kini sudah mulai akrab menjadi teman. Ia merupakan tetangga yang baru saja pindah tepat dua hati setelah kepergian ayah dan ibu. Meyra tinggal dengan ibunya yang sudah kini bekerja di salah satu pertokoan dekat dengan rumahku. Ayah Myra sudah lama mati karena sebuah insiden kecelakaan mobil beberapa tahun lalu. Oleh sebab itu Myra mengerti perasaan kehilangan yang aku alami kali ini. Dia sebenarnya kasihan denganku dan kakek. Yang sejak kejadian itu kakek jatuh sakit oleh serangan jantung dan sekarang hanya bisa duduk emas tanpa bisa berbuat apa-apa.
Perjalanan setengah jam berlalu ketika mobil sedan putih yang aku tunggangi dengan Meyra tiba di sebuah gapura pemakaman desa yang terlihat sepi dan memang sudah lama adanya. Meyra yang juga ikut memakamkan ayah dan ibu waktu itu membimbingku menuju tempat rumah terakhir ayah dan ibu. berjalan masuk kedalam pemakaman dengan membawa sebongkah bunga dan beberapa botol air yang memang biasa aku dan ibuku gunakan untuk menjenguk nenek yang sudah mendahului kami sebelumnya.