Membuka lembaran baru dengan sebuah perjalanan. Mengawali langkah dengan sebuah kebiasaan lama. Namun,hanyalah angan yang berharap akan sebuah keadaan seperti sedia kala. Menyaksikan sebuah kekejaman manusia memang tak akan bisa terlupakan. Tapi aku harus merelakan sebuah kebahagiaan dan sebuah kebebasan.
Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa ada sebuah tempat peraduan untuk segala resah yang telah membekas dalam hati. Aku berjalan mengitari sekeliling mencoba meraba menemukan sebuah harapan. Dari semua terdapat sebuah kesempatan yang entah bisa menyelamatkan atau malang menghabisi.
Beberapa minggu menjadi benalu. Kini telah menjadi ke halaman baru sebuah kisah yang menjadikan aku sebagai pemeran utama. Saat teriknya mentari aku berkata akan sebuah kisah yang nantinya teringat oleh diriku dimana kini. Dengan sebuah keahlian yang memang sudah terasa sedari kecil. Memantapkan langkah menuju sebuah karir guna menopang sulitnya hidup di masyarakat waktu ini.
Banyak ketimpangan yang telah aku alami dalam sayembara memperebutkan sebuah pundi rupiah yang telah di agungkan bahkan di sandingkan dengan tuhan. Peruntuan pertama aku coba menjadi sebuah pedagang kue. Dengan modal tipis dan sebuah keberanian serta bantuan dari Meyra. Membuat usaha rumahan kecil yang harapannya di jadikan penopang keberlanjutan hidupku dan kakek.
Berlalu beberapa hari, usaha yang tadinya kuniatkan sebagai penghasilan tetap kini malah menjadi sebuah angan dengan penolakan yang berlebihan dari masyarakat. Opini mereka tentang masakan dan riuh kebersalahan keluarga yang menjadi tanggungan menjadikan diriku tak tau harus bersandar pada siapa. Beban yang begitu berat tanpa ada pembimbing. Terpikirkan dengan kakek yang telah renta usia dan akalnya.