Hari begitu cepat berlalu hingga senja datang tanpa di undang membawa keindahan alam lain dari sisi suatu hari. Menyingsing meninggalkan dunia melewati barisan gunung yang berjajar rata. Banyak sekali perasaan bahagia ketika melihat indahnya surya mulai meninggalkan dengan berbuat hangat memanjakan mata.
Keindahan yang begitu canggung untuk di hampakan dalam sebuah ingatan. Membuatku merasa lebih bahagia dan tenang. Menyaksikan gunung yang mempesona dengan keadaan yang begitu indah, hingga teringat pada sebuah brosur beriklankan sebuah lowongan yang aku dapat dari Meyra ketika sedang berbincang hangat minum secangkir kopi di atap rumah malam itu. Menatap sekilas pada tawaran dengan memang syaratnya sudah aku miliki semua. Tapi masih canggung dengan tawaran pekerjaannya memang seharusnya aku bahagia nantinya akan bisa bersahut sapa dengan alam secara langsung. Bersahut sama dengan keindahan dan anugerah yang memanjakan mata.
Hanya terpikirkan dengan sikapku sedikit tertutup dengan orang lain. Dengan ayah dan ibu saja diriku jarang bersahut sampai setelah perselisihan kami berlangsung hingga mereka meninggalkanku sendiri tak berdaya memikirkan apa yang harus aku lakukan. Beberapa waktu berlalu dengan sikat diam mungkin memikirkan dengan tawaran yang tertulis di brosur. Melihat kembali den merenung kembali. Meyra sempat menawarkan untuk merawat kakek ketika aku sedang bekerja.
Mantap untuk berjalan melihat semuanya dari awal. Mungkin ini kesempatan terbaik sekaligus terakhir untuk melakukan langkah menuju kebebasan tanpa adanya batasan yang selama ini aku bangun sendiri di dalam diriku. Memandang alam lebih luas dan pergi mencari tujuanku tanpa memikirkan tanggung jawab yang mestinya bukan aku pikirkan tapi aku emban. Pemandu wisata di suatu gunung mungkin jalan yang di berikan tuhan untukku dan kakekku. Mungkin ini pula langkah yang harusnya aku tempuh dalam hidupku. Berbagai dilema dengan kehampaan dan tekanan serta berbagai gejolak dalam hati. Bekerja sambil menikmati Sesuatu yang membuat hatiku tenang.