Malam kembali menunjukkan gelapnya. Angin sepoy dari balik pegunungan dan gemerlap cahaya yang di bawa oleh bintang serta lampu putih menyala oleh rembulan membuat suasana malam di atap kontrakan terasa nyaman. Beda dengan sebelumnya, yang hanya diriku seorang menikmati keindahan alam ini sekarang ada kakekku yang juga bisa menikmatinya walau hanya dari dudukan kursi roda. “jalan yang berguna” gumamku sambil melihat jalan seperti tangga menuju atap kontrakan.
Beberapa lama dengan ditemani sepiring gorengan dan beberapa kopi panas untukku dan theh herbal racikan dari ibu Meyra buat kakek. Ini teh merupakan racikan turun temurun untuk menghilangkan stress yang berlebihan.
Hamparan sawah yang panjang dengan dedaunan hijau dari penerangan lampu kontrakan. Kegelapan yang pekat mengancam membelenggu meninggalkan sebuah cahaya gemerlap di angkasa. Melihat lirih dengan sebuah keindahan yang begitu nikmat untuk di kenang. Subur terlihat dengan sebuah karunia oleh tuhan dengan keindahan malam hari itu. Teringat dengan keadaan rumah yang setiap malamnya aku menyaksikan sendiri dari atap. Sungguh karunia tuhan yang nikmat.