Berjalan di dalam kegelapan yang merambat pada perasaan yang makin tertekan. Debu beterbangan dari hempasan kaki yang menyapu tanah berpasir. Hanya terpejam dan terus berjalan mengikuti arah yang telah di tentukan. Menelaah sedikit tapi hanya debu yang menyakitkan mata hingga bercucur air mata. Perjalanan menembus kabut ini serasa sangat lah lama. Tujuan yang tadinya terlihat melampang megah di atas sana. Kini hanya hamparan kabut pekat yang terlihat. Sinar mentari yang harusnya menjadi penolong di kala di butuhkan seperti ini malah tenggelam malu di balik gelapnya awan.
Cahaya tak menampakkan sinarnya. Hembusan angin membawa kabut beserta air yang telah mengembun menjadi sebuah bencana bagi tubuh kami. Menghadang datangnya angin demi sebuah tujuan yang bisa menenangkan hati. Air sebesar kerikil mulai berjatuhan dari balik kabut tebal. Menghujani sebagian baju yang kami kenakan. Menatap panjang melihat ke atas upaya untuk mendapatkan air guna membasuh mata.
Hati serasa di guncang sebuah gejolak besar dengan nyawa sekarang menjadi pertaruhan. Tegang dari diriku terasa hingga bulu kuduk ikut berdiri. Seluruh pikiran kini terpikir akan sebuah keselamatan yang entah bagaimana itu bisa aku dapatkan. Tak terdengar suara mereka semua. Gerombolan kakek yang tadinya riang ketika di hujan melewati sedemikian indahnya alam. Pertemuan perkawanan dengan canda tawa kini berubah menjadi ketegangan yang tak sepatah kata pun ter ucap dari mulut mereka. Tak banyak suara yang timbul. Tak banyak pula gerakan meregangkan tangan dan menikmati alam. Kini hanya berjalan sambil berpegangan tangan dan menyerahkan masa depan pada suatu kepercayaan pada orang lain.
Pengawalan kabut tebal masih saja berlanjut. Menyelimuti kian tebal dan tak kunjung menghilang. Namun gerimis sudah tak menampakkan airnya. Beberapa langkah serasa menaiki sebuah batu berbentuk bulat dengan dataran yang cukup luas. melihat dengan mata kepalaku. Tempat yang bukan semestinya aku datangi. Tempat gelap tak bisa berbuat apa-apa. Hanya sebuah ingatan yang pun tak terkilaskan sama sekali dalam pikiran ku.
Gerimis telah hilang sepenuhnya. Menyisakan segerombol angin yang saling mendahului terbang melewati kami. Hawa dingin terbawa dan menyerah seluruh tulah yang mulai rapuh kedinginan. Terpuruk hingga semuanya seakan hanya sebuah sia. Kaki mulai pegal banyak yang tak terasa tapi rintih sakit seakan mulai menjadi di balik kulit kaki. Terus berjalan tanpa henti. melibas kabut tebal yang menghalangi pandangan. Tekad kuat selalu mennyulut dalam setiap hati rombongan kami. Ingin menyaksikan sebuah anugerah yang tak akan bisa di copy oleh siapapun ciptaan tuhan di muka bumi. Ingin meminjak kaki di suatu ujung tanah yang menjulang tinggi membelah lautan langit. Tekad yang menjadi api itu membuat semua rasa gelisah dan kesal seakan seimbang dengannya. Semangat terus semangat dan terus semangat.