Kalau-kalau Kita Gila Suatu Kelak

Niskala A.
Chapter #10

10

“Jadi aku ini apa kalau bukan ikan?” Tanya si ikan paus.

“Ya, kau bukan ikan.”

“Bukan ikan itu siapa?”

“Ya, aku.” Tunjuk si bukan ikan pada dirinya.

“Apa jadinya kalau Pak Presiden mendengar masa depan?”

“Maka tugu pahlawan tak akan dibangunnya.”

“Kenapa larinya harus ke tugu dulu?” Ikan paus menelengkan kepala ke kanan, agak bingung.

“Buat apa dibangun kalau masa depan malah menduduki kepala si pahlawan dengan pantat busuknya?” Tukas si bukan ikan.

“Bagaimana jadinya kalau-kalau bulan tak lagi mau berpindah?” Si ikan paus bertanya lagi.

“Pas kapan?”

“Gerhana matahari total.”

“Ya, tak ada garam.”

“Itu runutnya ke mana? Kenapa tak bilang maka tak ada lagi cahaya maka tak ada lagi kehidupan.” Si ikan paus merengut.

“Tak ada lagi matahari, air laut tak bisa dijemur, tak ada lagi kristal garam.” Celoteh si bukan ikan.

“Bisa saja pakai mesin. Ini zaman apa!” Sentak si ikan paus.

“Ya, kalau-kalau tak pernah ada mesinnya.” Kata si bukan ikan dengan bebal.

“Garam bukan melulu dari air laut. Garam juga bisa ditambang seperti bijih logam, dari dinding-dinding gua yang menganga di dasar bukit dan gunung.” Sergah ikan paus. Salinitas air laut asal-usulnya dari luruhan garam pegunungan sewaktu bumi masih muda, ikan paus mengingatkan si bukan ikan.

“Ya, kalau-kalau garam cuma dari air laut.”

Lihat selengkapnya