Salma dan adiknya berlari di lorong, bukan, bukan lorong sekolah. Bukan juga lorong rumah sakit, entahlah lorong apa ini. Salma dan Irfan berlari sekencang mungkin karena tepat di belakang mereka, seorang berbadan tinggi sedang mengejarnya. Memakai pakaian serba hitam dan sepertinya Salma sangat mengenal orang ini. Sepertinya ia orang terdekat dengan mereka.
"Berhenti kalian!" suara seorang pria yang sangat familiar di telinga Salma menggelar di lorong panjang ini.
Salma dan Irfan tidak menghiraukannya, yang mereka butuhkan sekarang adalah jalan keluar. Keluar dari lorong panjang nan besar ini. Ia sudah berlari cukup jauh, tapi tidak menemukan jalan keluar.
Berharap seberkas cahaya datang di depan mereka. Menerangi gelapnya lorong ini. Agar mereka tahu, siapa orang yang sedang mengejar mereka sampai sejauh ini. Dan juga, agar mereka tahu sebenarnya lorong apa ini? Apakah ini bawah tanah? Entahlah mereka benar-benar tidak tahu.
Di tengah ketegangan yang sedang menyelimuti Salma dan Irfan. Tiba-tiba suara tawa menggelegar di lorong ini. Membuat bulu kuduk Salma dan Irfan merinding.
"Hahaha, kalian tidak akan bisa keluar dari sini! Berhenti kalian! Atau akan ku bunuh!"
Tiba-tiba kaki mereka terhenti. Menatap ke depan dan melihat hanya dinding menjulang tinggi di depannya. Sungguh, ini sudah ujung dan ini jalan buntu. Tidak ada jalan keluar. Mereka kemudian berbalik, menemukan pria tadi berjalan mendekati mereka. Semakin dekat.
"Hahaha, kalian akan menjadi budakku sekarang!" tawa menyeramkan menggelar, membuat Salma dan Irfan ketakutan.