Saloma : A Girl Who Lives In Silence

Mayhttt
Chapter #20

Swiftly Away

15 November 2023

Hari ini aku bahagia bgt

Kaya badanku tuh ringan gitu loh

Tumben-tumbenan pikiranku ga ramai

Pokoknya kerja pun ga berasa gitu sampai mau pulang ini

Trus aku mau adopsi kucing ah

Akan kuurus kucingku nanti baik2

Btw aku adopsi lewat Instagram tempat penampungan kucing liar gitu

 

Saloma bangun pagi. Sungguh bangun pagi tanpa menunda-nunda alarm handphone, tanpa menunda-nunda dengan habiskan waktu bermain media sosial atau menonton drama korea. Ia terbangun dengan hati riang, nafas ringan dan banyak rencana-rencana ingin diselesaikan. Tak pernah sebelumnya bangun pagi seriang itu. Sebelum bangkit, ia berdoa terlebih dahulu. Ucapkan syukur pada Tuhan atas penyertaan dan kesempatan hidup yang Dia beri. Hati riang ternyata berpengaruh sampai pada hal-hal kecil, misalnya, Saloma melipat selimut dan merapikan kasurnya. Ya, betul sekali, melipat dan merapikan kasur. Biasanya tergeletak begitu saja sebab ia buru-buru harus mandi dan bersiap berangkat kerja.

Pukul 04.00 pas dia bangun. Masih ada banyak waktu luang, Saloma menyapu dan mengepel lantai dalam sampai balkon. Piring dan alat makan di wastafel pun dicuci bersih, sampai rak piring pun dilap hingga ke sela-sela. Pakaian-pakaian yang berantakan di dalam lemari, ia keluarkan semua dan susun kembali sampai rapi. Tidak lupa pakaian, sepatu dan tas kerja sudah tersusun rapi di atas kasur. Rak sepatu, buku, peralatan make up, lemari makanan sampai kulkas pun ia rapikan dalam waktu cepat. Semua dilakukan seperti tidak akan habis energinya. Seperti telah terbiasa melakukannya sehari-hari.

Sebelum mandi, Saloma menatap langit gelap dari jendela dengan teh manis hangat di tangan. “Inikah indahnya hidup normal tanpa suara-suara di kepala?” ucapnya dalam hati. Tersenyum ia lebar sambil menghirup udara segar dari pintu kontrakan yang sengaja dibuka, agar angin dingin masuk gantikan angin pengap ruangan.

Pukul 05.00, Saloma pun mandi. Sama seperti membersihkan kontrakan, seluruh tubuhnya pun ia bersihkan tanpa terlewat. Sela-sela belakang kuping, sela-sela jari kaki dan tangan, sampai alis dan bulu mata tak luput semua. Biasanya Saloma mandi buru-buru seperti dikejar-kejar sesuatu. Namun, kali ini tidak. Ia sungguh menikmati setiap guyuran air dan sabun di tubuhnya. Beberapa kali Saloma menarik dan membuang nafas dalam, sebab tidak pernah rasanya hidup seindah dan tenang seperti itu. Mandi pun jadi moment nikmat tiada tara.

Oleh sebab hati riang, Saloma putuskan berangkat kerja dengan motornya. Ia jarang sekali berangkat kerja memakai motor. Suara-suara di kepalanya kadang sebegitu riuhnya hingga ganggu konsentrasi Saloma. Di jalanan ramai, kadang buat ia tidak bisa bedakan mana suara di dunia nyata dan mana suara dari isi kepala. Semua bercampur aduk, serap energi, hingga harus berhenti ke pinggir jalan beberapa kali guna kumpulkan lagi konsentrasi. Namun, dengan hati riang, nafas ringan, Saloma yakin akan lancar-lancar saja bawa motor sampai ke kantor.

Drrt…Drrt….

Handphonenya bergetar.

Bou, dua hari lagi aku ultah

Wkwkwkwk

Read

Tersenyum sumringah Saloma membaca pesan dari keponakannya itu. Dikirimnya pesan suara ok lalu menghidupkan motor. Suara motornya membelah suasan sepi pagi. Belum ada orang bangun di jam segitu, namun Saloma dengan semangatnya berangkat bersama angin pagi dingin nan segar.

***

“Bagaimana kalau kado sepatu saja?”

Saloma membelakkan mata. Ia celingak-celinguk mencari sumber suara, namun yang ia temui jalanan sepi perkampungan. Beberapa kali diintipnya spion memastikan tidak ada orang di boncengan belakang.

“Aku sepeda motormu.”

Mendadak Saloma hentikan motornya hingga hampir terjungkal. Ia tadi memang sedang memikirkan kado apa yang cocok untuk keponakannya. Lalu tiba-tiba saja sebuah suara itu menimpali.

“Hari ini hari normal, tidak mungkin ada benda-benda yang lolos,” ucapnya di dalam hati, memandangi spidometer sepeda motor.

“Tenang saja. Kau hari ini yang pegang kendali. Aku tidak akan berdebat ribut seperti isi kepalamu. Kau pasti aman.”

“Pegang kendali apanya? Kalau aku pegang kendali lalu mengapa kau ada?” Geram Saloma akhirnya berbicara tegas.

“Saloma, ayo berangkat kerja. Nanti kau terlambat.”

“Jangan menggangguku di jalan. Awas saja.”

“Uuuu takuttt…aku diancam.”

“Ck!”

Spidometer tertawa kencang, sementara Saloma membuka helm dan memakai headsheet agar jika keceplosan membalas pembicaraan Spidometer, ia akan berpura-pura seperti sedang menelepon orang. Nama baiknya pun akan aman dari tatapan aneh orang-orang di jalan.

“Hari ini kau sangat rajin, ya, Saloma. Semua kau kerjakan hanya dalam satu jam. Kamu keren sekali.”

Spidometer membuka percakapan begitu motor sudah berada di jalan raya.

Lihat selengkapnya