Rangkasbitung, tahun 2052
Akira menghempaskan badannya ke kasur. "Aarrgghh..." erangnya, kemudian ia tersenyum. Ia mengingat kejadian tadi siang. Ghina, salah satu siswi idol disekolahnya kini menjadi pacarnya. Meskipun memang sebelumnya teman-temannya sudah memberitahukan padanya kalau Ghina memang menyukai dirinya, Akira masih tidak menyangka hal itu benar-benar terjadi.
Sore tadi, sepulang sekolah, Akira mengungkapkan perasaannya kepada Ghina. Ghina pun menerima perasaannya, dan merekapun resmi pacaran. Kalau mengingat momen itu, Akira jadi tersenyum-senyum sendiri. Ia sudah tidak jomblo lagi sekarang. Predikat "jomblo abadi" yang sering dilontarkan teman-temannya sejak dahulu pun sudah berakhir mulai hari ini.
Tok..tok..tok.. Bunyi pintu kamar Akira diketuk dari luar. "Akiraaa..? kamu sudah pulang? Makanlah dulu". Ternyata yang mengetuk ibunya Akira. "Iyaaa maah...", sahut Akira. Akira pun segera membuyarkan lamunannya dan beranjak dari kasurnya. Sejenak ia menatap keluar jendela kamarnya dan melihat awan cumulus berbentuk hati. Akira tersenyum melihatnya. "Sepertinya sore ini akan indah", gumamnya.
Di tempat lain.
Bofu sedang berlari-lari kecil mengejar Meylin sambil tertawa-tawa. Terlihat mereka sangat gembira. Teman-temannya yang lain cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua. "Hoii.. pacaran sih pacaran! Tapi jangan kaya film india gitu donk! Bikin sakit mata ngeliatnya!" Elvin yang sudah tidak tahan melihat mereka berdua pun berteriak. Bofu dan Meylin mendadak berhenti berlari sambil saling menatap, kemudian menoleh kepada Elvin dengan bersamaan, kemudian tertawa lagi. "Sirik nih yeee... makanya jangan jadi jomblo.. hahhaaha.." Bofu dan Meylin bahkan mengucapkannya berbarengan. Elvin cuma bisa menghela nafas kasar. Ingin protes lagi, tapi memang sudah kenyataannya dia jomblo.
Elvin menatap langit sore yang begitu cerah di atasnya sambil menggumam, "langit cerah tapi gue kok gini amat yah".
Sementara Bofu dan Meylin sudah berhenti berkejar-kejaran dan sekarang sedang duduk di kursi taman menghadap ke arah barat untuk melihat sunset. "Langit yang indah, sebentar lagi sunsetnya pasti indah. Lihat! Bahkan ada awan berbentuk hati disana", kata Meylin. “Ah, masih lebih indah bola matamu, sayang”, ucap Bofu sambil tersenyum-senyum. “Apasiihh…! Gombal!”, seru Meylin, lalu mereka tertawa berbarengan.