Salvatrice

Billy Yapananda Samudra
Chapter #5

ARC I #4 - Erotomania

Aku sudah tidak sabar menunggunya datang.

Hm?

Kalian bertanya aku ini siapa?

Kurasa semuanya memang harus dimulai dengan suatu perkenalan yang baik dan benar, ya. Baiklah, baiklah...

Namaku Editta del Giocondo, namun kalian cukup memanggilku Editta saja. Kalian pasti sudah tahu, tetapi biar kuperjelas bahwa aku ini orang Italia. Aku lahir di Bulan Februari yang penuh kasih.

Hm?

Aku lahir tahun berapa?

Ayolah, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa tidak sopan untuk menanyakan umur seorang wanita. Jadi kuserahkan ke imajinasi kalian aku lahir di tahun berapa dan berapa umurku sekarang ini.

Rambutku lurus, pendek sebahu, dan berwarna hitam. Banyak orang memujiku cantik dan aku tahu bahwa pujian itu benar adanya. Tinggiku 164 cm dengan berat badan sekitar 47 kg. Cukup ideal, bukan?

Sekarang aku sedang duduk manis sembari menunggu Strano. Hari ini aku memang sudah memiliki janji untuk bertemu dengannya. Ah, aku sudah tidak sabar menunggunya datang.

Strano, pemahat paling ahli yang kukenal. Tidak hanya karya-karyanya yang indah, dirinya pun sama indahnya. Pembawaannya yang apa adanya dan tidak pedulian, dengan rambut yang acak-acakan dan wajah yang biasanya minim ekspresi. Awalnya kukira dia adalah laki-laki urakan, tetapi sebenarnya tidak demikian.

Dia memang membangun kesan yang seperti itu. Kau dapat mengatakan bahwa itu adalah personanya. Sebenarnya dia adalah orang yang teliti dan juga rapi. Dia juga sangat disiplin. Dan meski terlihat tidak peduli dengan sekitarnya, nyatanya dia sangat perhatian dengan sekitarnya. Dia seringkali mengamati lingkungan sekitarnya. Ketika kutanya untuk apa, dia hanya tersenyum tipis dan mengatakan bahwa seorang seniman harus dapat menjadi pengamat yang baik karena inspirasi dapat datang dari mana saja.

Kalau kuingat-ingat lagi, awal aku bertemu dengannya itu sekitar 6 bulan yang lalu. Saat itu aku sedang mencari pemahat yang handal untuk membuatkan patung diriku. Lalu aku mendengar bahwa ada seorang pemahat yang sangat ahli, yang konon adalah pemahat terbaik se-Italia untuk saat ini. Aku pun mencari tahu lebih dalam dan akhirnya sampai ke dirinya.

Pada awalnya aku terkejut.

‘Urakan sekali, apa mungkin orang seperti ini dapat memahat patung yang indah?’, batinku saat pertama kali bertemu dengannya.

Tetapi keraguanku langsung lenyap seketika saat dia memperlihat karya-karyanya. Perlu kuakui, kemampuannya memang luar biasa. Setidaknya, aku belum pernah bertemu dengan pemahat lain yang seahli dirinya.

Aku pun mulai berdiskusi dengannya mengenai bagaimana rancangan patung yang kuinginkan. Dan aku sangat terkejut sekaligus terkagum-kagum dengan dirinya. Karena ternyata dia memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan untuk hal-hal yang menurutku tidak umum untuk diketahui. Berdiskusi dengannya pun menjadi sangat menyenangkan dan bersama dengannya menjadi sangat nyaman bagiku.

Sekitar sebulan kemudian, aku sudah jatuh hati kepadanya. Dan aku yakin dia pun jatuh hati kepadaku. Maksudku, siapa laki-laki yang tidak jatuh hati kepada perempuan cantik? Saat perkenalan sudah kubilang, bukan, bahwa banyak orang memujiku cantik dan aku tahu bahwa pujian itu benar adanya.

Selama aku hidup, entah sudah berapa banyak laki-laki yang jatuh hati kepadaku. Namun jujur saja, tidak ada yang mampu menarik hatiku. Di pandanganku, mereka semua itu sama saja., laki-laki biasa yang tidak ada istimewanya. Tetapi aku selalu menghargai perasaan mereka, aku selalu menolak mereka dengan halus.

Tetapi Strano berbeda. Tidak hanya parasnya yang rupawan, dia memiliki sifat yang unik. Dan lagi dia dilengkapi dengan wawasan yang demikian luas dan pola pikir yang menarik. Saat aku tersadar aku jatuh hati kepadanya, aku pun meyakinkan diriku bahwa dia memanglah pantas menjadi pendampingku. Dia berbeda dengan laki-laki lain yang selama ini pernah kutemui.

Setelah dua bulan berlalu dari pertemuan pertama aku dengannya, kulihat bahwa patung yang kupesan kepadanya sudah hampir selesai. Aku panik, panik sekali. Bila patung yang kupesan sudah selesai, bukankah berarti aku tidak memiliki alasan untuk bertemu dengannya lagi?

Aku yakin sekali dia pun jatuh hati kepadaku, tetapi mengapa sampai sekarang tidak ada tanda-tanda dia akan mengungkapkannya kepadaku? Apa ini semua akan berakhir begitu saja ketika patung yang kupesan juga selesai? Tentu saja aku tidak akan membiarkannya.

Aku pun mulai meminta perbaikan di patung yang kupesan. Perbaikan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Seperti kuku jari-jarinya terlalu panjang, lekukan bajunya kurang ke kanan, dan masih banyak lagi. Tentu saja sebenarnya itu semua tidaklah penting, itu bahkan hanya hal-hal sepele yang mungkin tidak akan disadari oleh orang-orang yang melihat patungnya.

Dengan meminta perbaikan itu aku masih dapat bertemu dengannya. Aku mulai menanyainya mengenai hal-hal pribadinya. Dia tampak risih, namun dia selalu menjawab pertanyaanku. Aku bahkan memastikan bahwa dia memang jatuh hati kepadaku.

“Hei, Strano, apa ada perempuan yang kau sukai?”, tanyaku kepadanya di pertemuan kami yang sebelumnya.

“Hah? Untuk apa kau bertanya kepadaku tentang itu?”, dia bertanya balik dengan raut muka heran.

“Tidak apa. Kulihat kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu sebagai pemahat jadi aku penasaran apa kau punya ketertarikan juga dengan hal semacam itu...”, dalihku.

“...Tentu saja ada perempuan yang kusukai. Aku ini laki-laki normal, kau tahu.”, jawabnya.

“Oh? Siapa perempuan yang kau sukai itu? Seperti apa dia?”, tanyaku.

“...Dia perempuan berambut pendek yang cantik, yang tercantik yang kukenal selama aku hidup.”, jawabnya sembari tersenyum.

“...Begitukah.”

Perempuan berambut pendek yang cantik, begitu katanya. Bukankah sudah pasti bahwa yang dimaksud olehnya adalah aku? Aku belum pernah bertemu dengan perempuan berambut pendek lain yang lebih cantik daripada diriku ini. Sudah pasti bahwa Strano juga jatuh hati kepadaku.

Tetapi mengapa dia tak kunjung mengungkapkannya?

Mungkin dia malu?

Entahlah, yang pasti sudah kutetapkan bahwa hari ini aku akan mengungkapkan perasaanku kepadanya. Bila dia tidak ingin mengungkapkannya, maka biar saja aku yang mengungkapkannya. Biar dia tahu bahwa perasaannya dan aku itu sama.

Aku masih duduk manis, tersenyum membayangkan aku dan dia akan menjadi pasangan yang bahagia. Ah, indah sekali.

“Kau sudah menunggu lama?”, suara Strano terdengar.

“Hah? Oh, aku juga baru sampai, kok.”, jawabku.

Selama aku hanyut dalam bayangan indah aku dan dia menjadi pasangan, ternyata Strano sudah sampai. Dia duduk di depanku, raut mukanya datar seperti biasa. Ah, mata birunya itu memang indah sekali. Tidak pernah bosan aku melihatnya.

“Baiklah, mari kita langsung saja mulai. Aku belum memperbaiki yang kau minta kemarin karena kupikir kau akan minta perbaikan yang lain lagi. Jadi aku ingin sekarang kau memberi tahuku apa saja yang kau tidak suka dan minta aku perbaiki, biar aku dapat langsung mengerjakan semuanya sekaligus.”, ucapnya.

Lihat selengkapnya