Sam & Mut

Muhammad Rifal Asyakir
Chapter #4

Surat Ketiga: Renggang

Mut, mungkin saja kamu mengira saat itu aku acuh begitu saja. Sebenarnya, aku juga tak ingin seacuh itu ketika kamu memperkenalkan pacarmu kepada seseorang yang baru merasakan jatuh cinta hanya kepadamu. Aku ingin bersikap dewasa meski harus terpaksa. Hanya saja, aku masih tak menduga dengan kejadian yang terlalu mendadak itu. Aku tak tahu bahwa sebelum ada aku yang mengenalmu sudah ada Dirga yang mendapatkan hatimu. 

Dan, kamu memperkenalkan pacarmu itu disaat aku baru pertama kalinya merasakan jatuh cinta hanya kepadamu saja. Ya, saat itu kamu pikir aku akan baik-baik saja setelah mengenal Dirga yang sosoknya tidak kau anggap biasa saja.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan setelah kejadian itu, tak ada rasa bersalah darimu setelah aku tahu bahwa ada Dirga di antara aku yang baru saja mendekatimu. Dan aku pun mulai menata kembali langkahku yang selalu mengikuti jejakmu. Semua rasa ingin tau tentangmu sedikit merenggang. Aku sadar diri, Mut. Aku ini siapa? Laki-laki macam apa yang bisa mencuri perhatianmu? Aku tak sepadan dengan pacarmu yang saat itu kamu kenalkan tepat di depan wajahku.

Beberapa hari berlalu tanpa ada warna warni indah lagi dalam hatiku, hanya ada kelabu dengan rasa kesepian yang dibiarkan berdebu. Aku bersikap acuh padamu yang hatinya tak lagi utuh. Setiap hari, Deni teman dekatmu yang waktu itu kutemui di hari pertamaku masuk sekolah, sering memasuki gugus D. Kamu mungkin tak merasakan hal yang berbeda dengan sikap diamku, tapi entahlah orang gemuk bernama Deni itu merasa heran kepada lelaki yang waktu itu sangat ingin tau namamu bisa-bisanya diam begitu saja setelah ternyata masuk di gugus yang sama denganmu. Dia merasa ada yang tidak beres dalam pikiranku yang berhubungan dengan temannya sendiri.

"Kenapa, Syakir?" 

Deni menghampiriku. Aku tidak akan membiarkan siapapun tau tentang bagaimana perasaanku padamu.

"Syakir, kalau kata Budi, temanku yang gak akan kamu tau siapa dia tapi hampir semua perempuan tau siapa dia, Budi pernah mengatakan bahwa: Patah hati itu hal yang basi, masih banyak kok hati yang lain yang bisa menjadi pengganti. Nah aku kira kamu tuh kurang aktivitas keluar kelas, lihatlah betapa banyaknya cewek cantik di luar kelas ini."

Aku heran, benar-benar tak mengerti dari mana dia tau bahwa aku sedang memikirkan hal itu, memikirkan kenapa hanya kamu saja yang membuatku jatuh hati, memikirkan kenapa aku tidak bisa menerima adanya kehadiran Dirga dalam hidupmu, dan entah kenapa aku sebodoh itu? Bisa-bisanya patah hati, patah semangat, dan mendiamkan diri hanya karena hal bodoh yang disebut 'cinta'? 

Tidak. Aku tidak bisa membiarkan Deni menasehatiku begitu saja seolah aku kehilangan semangat hanya karena cinta saja. Ada yang lebih rumit lagi selain memikirkan dirimu.

"Bisa-bisanya ngomong gitu, Den. Beberapa hari ini aku cuman bingung harus bagaimana."

"Bagaimana apanya?"

Lihat selengkapnya