Setelah kenaikan kelas. Kesibukan benar-benar telah menyita waktumu untuk aku yang selalu memiliki waktu senggang dan ingin selalu bersamamu. Mengapa aku tidak bisa menjadi kesibukanmu, Sam?
Suatu pagi. Aku menemui kesibukanmu. Aku tidak ingin membiarkan kesibukanmu begitu saja. Kamu sedang duduk di bawah pohon rindang. Hanya sendirian. Menggunakan jas hitam yang menandakan kalau kamu panitia masa bimbingan siswa-siswi baru di sekolah kala itu.
"Boleh duduk?" tanyaku. Mengganggu kamu yang sedang menikmati ketenangan sebelum kesibukan kembali menuntut dirimu untuk tidak diam.
"Eh, kirain gak ada kamu, Mut? Boleh kok, silahkan duduk aja."
"Baik Sam. Udah lama juga gak duduk sama orang sibuk, hahaha."
"Iya Mut, haha, kok kamu belum masuk ke kelas?"
"Guru hanya memberikan tugas. Maklumlah hari pertama sekolah emang suka gitu, kan? Kamu sendiri ngapain masih di sini?"
"Aku masih malu, bukan malu sih, tapi kayak ragu-ragu aja gitu," jawabmu.
"Kenapa emangnya?"
"Aku diminta untuk ngisi materi tentang kepenulisan sama Bu Dede. Tapi aku gak percaya diri, Mut."
"Jangan langsung nyerah gitu dong, Sam. Setau aku, gak ada tulisan nyerah dalam cerita hidupmu, Sam."
"Baiklah, akan aku coba, Mut. Siapa tahu aku bisa."
"Nah gitu dong, semangat Sam."
Aku bangga memiliki perasaan cinta kepada orang seperti kamu, Sam. Kamu hebat. Kamu bisa mendapatkan kepercayaan atas apa yang menjadi kemampuan dirimu.
Sam aku tahu kamu pasti senang dengan kesibukan kamu itu. Tapi apakah kamu tahu akibat dari setiap kesibukanmu itu membuat aku bosan? Aku bosan menikmati keseharian belajar tanpa ada sosok kamu di bangku belakang. Aku juga bosan mengisi jam istirahat dengan perbincangan yang hanya aku simpan di dalam kepalaku saja. Aku membutuhkan adanya kehadiran kamu, Sam.