Bagaimana kabarmu Sam? Aku tahu apa jawaban kamu. Semoga jawabanmu masih sama seperti dulu. Tapi aku harap untuk jawaban kamu yang saat ini maknanya berbeda. Tidak ada lagi kepura-puraan yang kau sembunyikan di balik kata baik-baik saja yang selalu kamu katakan.
Sam, gak terasa yah, aku sudah mengajakmu berbicara sampai sejauh ini. Aku harap kau yang mungkin membaca semua suratku dengan sangat terpaksa bisa menuntaskan semua cerita tentang kau yang aku tuliskan di dua puluh surat yang aku berikan hanya kepadamu saja. Aku harap di surat terakhir yang kutuliskan ini, bisa membuat dirimu tahu betapa pentingnya kamu di dalam kehidupan ku. Betapa mendalamnya rasa sakit pada tubuhku dan pada batin yang menyiksaku. Rasa sakit itu kudapat hanya karena terlalu mencintaimu yang sudah lama tidak mencintaiku lagi.
Sam, semenjak ata pisah menjadi pemisah kisah, semenjak kata cerai yang kau katakan tepat di depan wajahku yang baru saja melepas rindu, hidupku kini sudah tidak bergairah lagi. Aku memutuskan untuk menghilang dari kehidupanmu agar kau tak memberiku luka lagi. Aku berusaha menjauh sejauh mungkin agar aku bisa melupakanmu. Aku juga tidak meninggalkan jejak sedikitpun agar kau tak menemuiku dengan segala sikap tidak peduli yang selalu kau beri. Namun apa yang terjadi pada diriku ini Sam? Aku yang pergi menjauh untuk berusaha melupakanmu justru semakin terluka karena terlalu mengingatmu. Bagaimanapun kau tetap menjadi sebaik-baiknya alasan dari seburuk-buruknya keegoisan.
Sam aku selalu menyempatkan waktu untuk menulis semua surat ini di setiap sepi malam yang selalu membuat aku teringat kepadamu. Meski kini kita sudah menjadi sepasang asing, bagiku merindukanmu tetaplah sangat penting. Aku ingin kita kembali bertemu, berbicara, dan bercerita lewat semua suratku yang ingin sampai kepadamu yang kuharap kau rela untuk sekedar membaca. Aku berharap huruf-huruf yang tersusun sederhana yang telah aku tulis ini mampu untuk menciptakan pertemuan denganmu meski hanya lewat aksara saja. Aku ingin bertemu denganmu sekali lagi, dengan sepenuhnya waktu saling berbicara dan bercerita tentang masa lalu. Aku yakin menulis adalah solusi untuk mengobati patah hati yang ingin kau ketahui.
Budi datang ke rumahku yang sekarang. Yang begitu jauh dengan tempat kau berada. Budi yang dulu kedatangannya selalu dinantikan oleh ibuku justru kini diacuhkan oleh ibuku. Hilang kepercayaan itu telah membuat ibuku kecewa kepadanya. Aku sangat merasa bersalah atas keegoisan aku yang terlalu mencintaimu. Budi menjadi korban dari berakhirnya rencana buruk yang berakhir tidak sesuai rencana.
"Runi, kau tidak mungkin hadir kan di acara reuni akbar?"
"Tentu, aku tidak akan membiarkan orang lain tahu seperti apa kondisi aku sekarang. Apalagi Samasyakir."
"Tapi, jika kau tidak bisa hadir. Tidakkah seharusnya kau merindukan suamimu?"
"Aku sangat merindukan dia, Bud."
"Semua orang sudah terlanjur curiga ada yang tidak beres di balik pernikahan kamu dulu. Mereka tahu tentang kedekatan kita setelah pertunangan kita, dan mereka pun tahu tentang aku yang menghilang di saat kamu menikah yang pastinya mereka pikir seharusnya kau menikah dengan aku sebagai tunangan mu. Aku juga tidak bisa menghadiri acara reuni itu. Atau aku akan dihujani pertanyaan."
"Tapi kalau misalkan aku tidak hadir. Bagaimana dengan surat-surat yang ingin aku berikan kepada Sam, Bud?"
"Jika kau mengizinkan. Hanya Deni satu-satunya orang yang akan membantu rencana baikmu sekarang. Tapi, Deni juga harus tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Rencana baik?"
"Ya, Runi. Tidak ada lagi rencana buruk yang akan kubiarkan menghancurkan segalanya."
"Baiklah. Tolong ceritakan kepada Deni apa yang sebenarnya terjadi. Dan aku minta maaf harus merepotkan kamu lagi, Bud."
"Tidak mengapa. Aku selalu percaya kalau kalian sebenarnya tak ingin saling meluka."