Sam & Mut

Muhammad Rifal Asyakir
Chapter #48

Epilog

Apa kabar Sam? Aku yakin jawaban kamu pasti seperti biasanya, jika aku bertanya kabar seperti itu. Diakhiri senyuman kau selalu bilang "Tidak ada jawaban lain selain baik-baik saja." Aku suka kalimat khas yang aku temukan dari kamu itu, Sam.

Sam, kukira kondisiku setelah menulis surat untukmu akan sedikit membaik. Namun, setelah membaca semua surat darimu kondisi tubuhku malah semakin terpuruk. Bahkan aku sudah tidak tahan untuk berdiri meski hanya sebentar saja. Bagian perutku rasanya sakit sekali. Ditambah lagi, surat yang kamu tulis dengan cara kamu merangkai kata membuat aku justru semakin terluka. Bagaimana bisa, kau membuat tulisan yang begitu sempurna untuk aku yang sudah tidak sempurna lagi. Semua catatan yang kamu berikan untukku itu selalu berada di dekatku, menemani setiap hari-hariku.

Sam, sebulan setelah aku meminta Budi untuk sekali lagi berbohong kepadamu. Kamu kembali hadir di kehidupanku menjelma sebagai buku yang selalu aku baca. Aku ini masih hidup, Sam. Tapi dengan kondisiku yang saat ini, lebih baik kau menganggap aku sudah tiada.

Sam. Aku tidak menduga, diam-diam kau ternyata menulis kembali semua surat yang telah aku tulis sebagai pelengkap dari semua surat yang kamu tulis untukku yang kamu masukkan ke dalam cerita yang akhirnya diterbitkan menjadi sebuah novel. Aku telah membaca novel yang sudah kamu terbitkan. Aku begitu bangga, masih tak menyangka dengan cara kamu merelakan aku yang sudah kamu anggap tiada menjadi sebuah karya yang luar biasa. Kau menulisnya dengan sangat baik, Sam. Itulah yang selalu aku suka dari kamu. Kamu hebat, Sam. Beruntungnya aku pernah dicintai oleh laki-laki seperti kamu. Aku merasa novel itu seperti anak kita. Kau menuliskan apa yang telah kau dan aku tuliskan di dalam semua surat yang pernah kita saling berikan. Kau tidak membiarkan kisah Sam dan Mut berakhir sia-sia. Lagi dan lagi kau menjadi pahlawanku, Sam. Kisah kita abadi.

Namun, pada akhirnya aku harus menerima kenyataan kau yang akan menuruti permintaan terakhirku untuk segera menikah dengan perempuan yang tentunya bukan dengan aku orangnya. Berat memang Sam, tapi apa daya, aku tidak berhak mendapatkan cintamu lagi dengan kondisiku yang hanya bisa menghabiskan waktu di kursi roda. Aku tidak mau jika kehidupanku harus kembali merepotkan kamu lagi. Lebih baik kau menganggap aku sudah tiada daripada kau harus hidup denganku yang kesehatannya hanya tinggal cerita.

Aku ingin kau segera menikah, Sam. Aku tidak akan membiarkan kamu merasakan sakitnya kesepian. Aku hanya bisa berharap, dengan siapapun kamu menikah, semoga kamu bahagia, Sam. Dan aku juga berharap agar kau tidak mengatakan kalimat selalu baik-baik saja khas kamu itu kepada perempuan selain aku. Biarkan kalimat khas kamu itu menjadi kenangan indah hanya untukku saja.

Hari ini, setelah sekian lama, akhirnya kamu akan segera menikah. Dan tepat pada hari ini, setelah sekian lama, akhirnya aku bisa sepenuhnya merelakan kamu yang akan segera menikah. Aku hadir di acara pernikahan kamu. Tentu, untuk menutupi kebohongan aku yang telah kau anggap tiada, aku tidak turun dari mobil hitamnya Budi. Aku sendirian di dalam mobil itu, ingin melihat momen bahagia pernikahan kamu dengan istrimu. Aku pasti bahagia jika kau pun bahagia.

Aku tidak tahu siapa calon istrimu. Tapi di parkiran itu. Di dalam mobil aku melihat dengan jelas kalau perempuan pilihan kamu itu terlihat sangat cantik dan menawan. Perempuan itu berjalan anggun menyambut kedatangan kamu yang turun dari mobil pengantin. Senyum perempuan itu sangat manis. Matanya pun sangat indah. Aku tidak sedih Sam, justru aku bahagia. Kau akan menikah dengan perempuan yang sempurna, memiliki kesehatan yang tidak akan menyusahkan, matanya pun tidak lesu seperti aku yang sekarang, wajahnya tidak pucat seperti aku yang selalu terlihat kelelahan, senyumnya pun sangat manis tak sepertiku yang kehilangan wajah berserinya, bahkan aku tidak bisa berjalan begitu anggun sepertinya. Aku hanya bisa berjalan menggunakan kursi roda, dan karena itulah aku membiarkan diriku harus bahagia kau mendapatkan perempuan yang begitu sempurna yang pastinya akan membuat kamu bahagia, Sam.

Sebelum inti dari acara pernikahan itu dimulai. Budi masuk ke dalam mobilnya dan memindahkan mobilnya ke dekat masjid. Budi tahu bahwa aku pasti ingin melihat pernikahan kamu dari dekat. Meskipun Budi sebenarnya tahu bahwa aku pasti sakit hati melihat pemandangan itu. Tapi tak mengapa. Aku hanya ingin melihat lelaki yang masih saja aku cintai merasakan kebahagiaan di kehidupannya lagi.

Lihat selengkapnya