Hujan masih benar-benar mengguyur dan Rena masih sendiri dibawah tebing hitam ini. Rena hanya memandangi sekitar yang kini mulai terang karena kabut mulai menghilang. Dalam pandangannya, semua terasa menyejukkan. Tapi dalam pandangannya juga, semua terasa mulai membingungkan. Ia tidak benar-benar sadar kenapa ia bisa sampai disini dan apa maksudnya ia bisa sampai disini.
Tapi, hujan-hujan seperti ini ia teringat akan sesuatu yang mungkin sulit dilupakannya. Itu adalah cerita tentang Han dan Sinta. Mereka berdua tetap tidak pernah bersama sampai kapanpun. Meskipun Sinta sudah mencurahkan semua perasaan cintanya pada Han, tak ada balasan dari laki-laki itu seperti yang diharapkan oleh Sinta. Semakin lama, Sinta semakin sedih. Hal itu pula yang membuat Sinta meminta bantuan lagi dari Rena.
Rena hanya berusaha mengingatkan, kalau yang menjadi masalah itu sebenarnya bukan Han, tapi diri Sinta sendiri. Ketika mendengar kata-kata itu, Sinta marah pada Rena dan Sinta akhirnya meninggalkan Sinta duduk sendirian di warung pada waktu itu. Saat pulang sendiri, Rena sempatkan diri untuk mampir ke rumah Wage, sekedar bertegur-sapa dan setidaknya bercerita tentang apa yang terjadi.
Rena tentu merasa tidak enak dengan Sinta. Apalagi saat diwarung tadi, Sinta dengan ketus mengatakan kalau hidup Rena itu enak. Dia cantik dan banyak laki-laki yang menginginkannya. Sedangkan Sinta, dia bertampang pas-pasan dan cari satu laki-laki saja sulitnya setengah mati. Dalam hati Rena, ia tidak sakit hati dengan ucapan Sinta. Tapi yang dikatakan Sinta mungkin ada benarnya baginya.
Rena memang tidak pernah tahu bagaimana rasanya mengejar laki-laki idamannya. Karena Rena sendiri tahu, ia tidak pernah punya dambaan tentang bagaimana laki-laki idaman itu. Hampir banyak laki--laki dengan segala jenis dan tipe mendatanginya. Rena memang tidak bisa sepenuhnya paham apa yang dirasakan Sinta karena memang ia tidak pernah mengalaminya sendiri.
Saat sampai di rumah tingkat dua itu, Rena disambut bapaknya Wage. Bapaknya Wage adalah seorang Kepala Cabang sebuah Bank dan ibunya adalah seorang perawat. Tidak bisa dianggap berlatar belakang biasa-biasa saja, karena mereka berpendapatan tinggi. Rena dipersilahkan duduk di teras depan disamping mobil Mitsubishi Kuda sambil menunggu Wage keluar dari kamarnya.