Rena sekarang merasa menggigil kedinginan, hujan masih turun mengguyur dan celah-celah batuan tebing ini kini semakin dingin. Sebenarnya, Rena tahu kalau hujan seperti ini, ia harus pergi menghindari tebing dan bebatuan. Karena takutnya, ada air bah yang membawa batu menggelincir dari atas dan bisa saja melukainya saat dibawah. Tapi karena Rena sudah tidak tahu harus berbuat apalagi, jadi dia diam saja disini.
Angin gunung benar-benar sangat dingin dengan tubuh dan pakaian yang basah. Jaket satu lapis ini benar-benar basah dan membuatnya tidak bisa bergerak. Tubuhnya tidak nyaman dan badannya mulai meriang. Rena mendekap dirinya dengan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya. Rena merasa hari ini adalah hari yang benar-benar buruk dalam hidupnya. Petir seringkali menyambar dan itu membuat hatinya ingin menangis, tapi ia tidak bisa menumpahkannya.
Untuk menghibur itu, Rena selalu memikirkan hal-hal yang membuatnya hangat. Ingatan hangatnya selalu berputar-putar pada masa SMA bersama Han, Sinta, dan Wage. Orang-orang itu saja yang bisa membuat ingatannya hangat dan Rena bisa terus tetap hidup. Tapi sepertinya, Rena sadar kalau orang-orang itu mulai pergi meninggalkan Rena satu per satu.
Rena mengingat cerita dari Wage. Saat itu, Wage dan Samuel sudah berbincang dengan seorang pendeta yang mengatakan kalau Han mengatakan akan pergi ke suatu tempat. Pendeta itu bilang, Han tidak memberitahu tempatnya pada siapapun, kecuali orang-orang yang dipercaya. Pendeta itu bilang dirinya bukan orang yang dipercaya Han, jadi Han tidak memberitahunya. Wage juga bukan orang yang dipercaya Han, karena Wage juga tidak diberitahu Han kemana dia berada.
Satu-satu jalan untuk mengetahui kemana Han pergi adalah dengan pergi ke rumah Vanesha. Wage dan Samuel sepertinya sepakat untuk pergi kesana. Tapi masalahnya, rumah Vanesha sekarang sudah pindah ke Surabaya. Ia bekerja disana dan sepertinya akan menikah dengan orang Surabaya sana. Orang kaya yang tidak sebanding dengan Han.
Wage sebenarnya ingin pergi ke Surabaya, begitupula Samuel ia juga ingin pergi ke Surabaya. Tapi pendeta itu melarang mereka berdua. Menurutnya Han tidak pergi ke Surabaya, Han juga tidak akan memberitahu Vanesha karena Vanesha bukan orang yang dipercaya oleh Han. Han sekarang masih ada di suatu tempat di Malang, tapi pendeta itu tidak tahu dimana tempatnya sekarang.
Wage bilang pada Samuel kalau mungkin didalam kamar Han ada beberapa barang bukti yang bisa menunjukkan dimana sebenarnya Han sekarang berada. Samuel mengiyakannya, dengan logat khas orang Indonesia timur, Samuel bilang nanti ia akan pinjaman kunci cadangan dari ibu kos. Setelah pamitan dengan pendeta itu, Samuel dan Han segera pergi kembali ke kosannya.