Blurb
Tidak ada perusahaan yang berdiri hingga 200 tahun. Samir mungkin lupa tentang ini. Atau bahkan sama sekali tidak mengetahuinya. Para anak buahnya kali ini, benar-benar dibuat frustasi atas sikapnya yang minim apresiasi. Seakan, apa yang dilakukan para anak buahnya itu. Semuanya salah di mata Samsir.
Namun, Samir tidak menyadari. Para anak buahnya; Eki, Evin, Ohan, Uheng, dan Sahrullah senantiasa menggunjing dan sesekali bermain di bawah tangan tanpa sepengetahuan Samir. Mungkin, itu bagian dari jawaban yang ter-ekspresi-kan. Atas sikap Samir yang cenderung kurang berempati itu. Padahal, tidak ada satu orang pun di dunia ini. Yang dapat kaya hanya dengan seorang diri. Itu artinya; ada banyak orang dibelakang dirinya. Yang bekerja untuk mengoperasikan roda perusahaan. Tapi Samir memiliki pandangan lain. Ia, dapat berada di level sekarang ini, bukan karena orang lain. Melainkan, hasil kerja kerasnya selama ini. Itu memang ada benarnya! Namun, selama keberadaanya masih bersama para anak buahnya. Selama itu pula! Konflik vertikal tidak bisa terhindarkan. Hanya saja, Samir belum menyadari akan hal itu.
Pada akhirnya, lingkungan kerja menjadi toxic. Interaksi sesama pekerja menjadi tidak sehat. Satu sama lain haus untuk saling menggunjing, menjelekkan, demi mendapatkan apresiasi dari Samir. Itu jelas berdampak pada; kepercayaan sesama para pekerja menjadi hilang. Yang berakibat mencuatnya sebuah konflik horizontal antar sesama para pekerja.
Bagaimana Samir mengatasi problem di perusahaannya? Apakah ini adalah awal dari sebuah kehancuran sebuah perusahaan Samir?