Sebagai seorang pengusaha, Samir menyadari betul; bagaimana mempertahankan usaha miliknya dikala ombak tengah menerjang. Selama dua tahun berjalan, usahanya di dunia Jasa Perbaikan Kendaraan Listrik itu; secara signifikan memperlihatkan kemajuan secara perlahan. Hanya saja, ia pun sadar! Dirinya seperti belum menemukan orang-orang yang tepat. Untuk mengoperasikan laju perusahaannya itu.
Padahal secara konsep menjalankan usaha, telah tersusun rapih dalam benaknya. Mula-mula; Bagaimana membangun jaringan untuk memperoleh sparepart dengan harga cukup miring. Kemudian, bagaimana memperoleh caustemer untuk menghasilkan laba. Dan terakhir; aturan upah bagi para pekerja. Yang ia rasa cukup menggiurkan.
Terhitung, selama dua tahun ia menggeluti usaha ini. Ia merasa cukup kewalahan. Permintaan caustemer yang dirinya peroleh dari tiktok, instagram, facebook, rating di goole map, dan jaringan perusahaan kendaraan listrik di Semarang. Membuat Samir, di setiap harinya cukup sibuk. Ditambah, jasa perbaikan kendaraan listrik masih minim saingan. Samir sangat optimis, ia akan segera masuk ke dalam lingkaran sircale sembilan naga 'orang terkaya' di Indonesia.
Kadang, Samir harus pergi ke Jakarta Utara rela kepanasan dan kena macet. Semua itu, demi memenuhi panggilan caustemer. Dan terkadang, ia pun harus ke Depok, atau ke gunung Sindur Bogor, sesekali ke Bekasi, tapi lebih sering di Tanggerang karena dekat dengan kontrakannya. Samir belum memiliki bengkel. Itulah kenapa ia senantiasa keliling JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi). Lagian, ia belum memiliki cukup uangnya untuk menyewa sebuah ruko.
Tahu sendiri, biaya sewa ruko di tengah kota, pasti sangat mahal. Pikirnya, dari pada sewa ruko, mending buat modal maskawin. Dan selama ini pun, dengan pola door to door; mendatangi setiap ke komplek dan perumahan elit di Jakarta itu. Ia mampu bertahan hidup di tanah rantau ini. Tapi, bukan berarti, Samir enggan untuk membuka bengkel. Mungkin, belum waktunya saja, pikirnya.
Di satu sisi, caustemer yang sok akrab. Terkadang suka mengompori dirinya. Mereka kerap menanyakan; "Untuk bengkelnya di mana pak Samir?" Samir dengan pembawaan, sikapnya yang tenang, selalu menjawab, "Kebetulan untuk bengkelnya belum ada. Ini masih door to door." caustemer yang sok pintar, mencoba mengimplementasikan jawaban Samir, "Oh, maksudnya 'Home Service' gitu?" tanya dia spontan. "Ya, kira-kira seperti itu." sahut Samir singkat.
Konsep usaha yang Samir terapkan. Ya, home service itu. Baginya, ini bisa mengurangi biaya pengeluaran. Tanpa harus sewa ruko. Hanya mengandalkan bensin dan kekuatan saat berkendara ketika menemui rumah caustemer yang jaraknya cukup jauh. Jika ditanya resiko, Samir mengakui; setiap pekerjaan pasti ada resikonya. Termasuk, pekerjaan yang tengah dirinya geluti itu. Dari mulai jarak cukup jauh ke rumah caustemer. Kadang suka ngantuk di jalan, itu kan bahaya. Dan lagi setiap pengendara kadang suka aneh-aneh. Kebut-kebutan, salah belok; sikring kanan belok ke kiri, terutama ibu-ibu. Pengendara di ibu kota, kebanyakan tidak sabaran. Mungkin karena mengejar waktu jam kerja. Bisa jadi, karena panas bikin kurang nyaman.
Samir telah melewati hal itu semua, telah merasakan manis pahitnya di jalanan padat kendaraan. Namun, sebagaimana pengusaha pada umumnya. Samir merasa pencapaiannya selama ini, hanya dinikmati dirinya sendiri. Ia, berkeinginan untuk andil dan berkontribusi untuk mengangkat derajat sesama. Sehingga, mereka pun dapat merasakan kenikmatan. Sebagaimana dirinya telah rasakan, getar hatinya mengatakan demikian.
Hanya saja, niatnya itu; dengan kondisi sekarang ini. Mustahil akan terwujud, tidak ada para pekerja yang tertarik, mungkin karena management keuangan, atau ritme bekerja belum pasti. Intinya, belum ada yang mengetahui tentang hal ini. Selain Samir, pemilik Jasa Perbaikan Kendaraan Listrik.
Samir mencoba mengkalkulasi pendapatannya selama satu bulan. Anggap saja, di hari itu hanya ada tiga caustemer. Dan ketiga caustemer itu tidak mengganti sparepart apa pun.