Sampah dan Bertuah

Astromancer
Chapter #14

Kekalahan yang Tak Dianggap

Leger Verantwoordelijkheid Rapport

 

Voorval 18 Juli 1809

Zuiden Celebes Streek

 

 

Geachte heer Cornelius Djikman,

 

Laporan pertanggungjawaban ini ditulis oleh Aldert Jansen, Sekertaris militer regional barak no.xx di Celebes landstreek[1], Galesong Timur Laut, atas perintah dari Kolonel Bram van der Vuurst, mengenai upaya pelaporan slachtoffer[2] dari voorval[3] 18 Juli 1809. Adapun rincian ini mulai dicatatkan pada pukul 4.12 dinihari, 3 jam lewat 10 menit dari waktu kejadian.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa barak no.xx mengalami penyergapan secara gerilya yang dilakukan oleh awak bajak laut, dipimpin oleh perompak ulung bernama ‘Bombang’ (Si Anoa Hitam).

Pertempuran berlangsung selama dua jam dengan beberapa kali gencatan senjata sebelum pertempuran berakhir sengit dengan korban berjatuhan di antara kedua belah pihak. Pihak tentara telah mempertahankan pos penjagaan dengan sebaik mungkin dengan dua objektif sesuai dengan perintah langsung dari Kolonel Bram. Yang pertama: mempertahankan kedaulatan barak tetap di tangan Netherland. Yang kedua: melindungi masyarakat sipil di kompleks residensi Toni van Dijk. Total korban jiwa yang berjatuhan dari voorval ini adalah 74 jiwa (43 tentara barak, 31 warga sipil). Total korban luka-luka, baik berat maupun kecil adalah 29 orang (daftar nama korban jiwa dan luka terlampir di halaman terpisah).

Selain itu, sebanyak 89 senjata tipe musket, 15 senjata tipe revolver, 21 peledak, 50 botol minyak, 1 meriam, 5 peti amunisi, 2 peti bubuk mesiu, 11 pisau belati, dan barang-barang perabot barak lainnya; telah dijarah (atau hilang) dalam pertempuran ini (daftar lebih lengkap ada di halaman terpisah)

Di sisi lain, pasukan perwira tentara Belanda yang gagah berani, berhasil menumpas 219 orang awak bajak laut Bombang, ‘Anoa Hitam’. Didapati bahwa pemimpin mereka, juga tewas dalam pertempuran ini, terbunuh oleh sang pahlawan, yaitu Kol. Bram van der Vuurst. Sisa dari awak kapal Bombang yang masih tersisa, melarikan diri dari pertempuran, serta meninggalkan lokasi dengan barang jarahan yang telah mereka ambil dari barak.

Melalui surat ini, kami meminta bantuan dari pemerintah cabang Hindia-Belanda, Celebes Landstreek, untuk bisa memberikan bantuan dan dukungan apa pun sesuai dengan kebijakan dari Yang Terhormat Cornelius Djikman. Bantuan apa pun akan sangat diapresiasi, terlebih ketika para tentara telah melakukan perjuangan untuk membela kehormatan Kerajaan dan melindungi masyarakat sipil dari cengkraman ‘Anoa Hitam’.

Dimohon untuk secepatnya, pemerintah pusat dapat mengambil keputusan. Terutama untuk mencegah terulangnya kejadian serupa yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kami telah mencatatkan rincian detail tentang strategi perlawanan yang diberikan oleh Bombang, guna dalam membekali dewan pihak militer Celebes Hindia-Belanda yang terhormat, supaya dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi awak kapal Bombang yang masih tersisa (detail pertempuran dapat dilihat di halaman terpisah). Di dalam lampiran ini, kami akan mencatatkan hal-hal penting dari siasat perlawanan yang dilakukan Bombang dan antek-anteknya.

Pada awalnya, kami telah mengetahui informasi rencana penyerangan ini sejak lama. Tentara Hindia-Belanda barak no.xx, yang tidak kenal lelah, telah berjaga-jaga sejak seminggu yang lalu sebelum hari penyergapan. Penjagaan telah ditingkatkan. Namun dengan taktik licik, Bombang mengerahkan sekelompok bajak laut untuk melakukan kontak konflik awal. Mereka berunjuk rasa di depan residensi milik Toni. Setelah gagalnya negosiasi yang dilakukan, kontak senjata dilakukan dengan mereka setelah dipandang tidak adanya itikad baik dari para bajak laut. Sebagai tindakan perlindungan diri, tentara barak menembaki bajak laut yang hendak untuk menyerang ke dalam kompleks. Di sisi lain dari kompleks, terjadi pertempuran serupa. Kontak senjata pun berlanjut terus hingga pukul 23.20 malam. Terjadi gencatan senjata selama kurang lebih 10 menit, sebelum akhirnya kontak senjata kembali dilanjutkan.

Didapati bahwa di akhir pertempuran, pihak Hindia-Belanda berhasil memenangkan pertempuran, mempertahankan kedaulatan barak beserta kompleks residensi Toni, walau dengan kerusakan hebat. Pada malam itu, beberapa tokoh penting telah gugur. Salah satunya juga adalah Meneer Toni van Dijk yang berjuang sampai titik darah penghabisan. Para perompak berhasil diusir setelah pertempuran hebat itu.

Demikian informasi ini saya tuliskan.

Hoogachtend

Heer Cornelius Djikman,

Naar Rotterdam fort, Zuiden Celebes.

 

Kertas lusuh yang tersimpan di dalam plastik itu adalah kliping dari surat-surat kantor yang terkirim ke tempat ini. Aku membolak-balik surat itu, beserta lampiran-lampiran lain yang mengikuti di halaman belakangnya.

Segera kubuka ponselku, melihat lokasi tempatku berada. Kutengok baik-baik nama tempat ini.

Museum La Galigo.

Aku bersumpah pernah mendengar nama ini sebelumnya. Berkali-kali, berkali-kali ia muncul terus setiap saat aku mengorek-ngorek tentang berlian. Sebuah kata yang awalnya terdengar seperti celotehan bayi tidak bermakna. Dimana aku pernah melihat lagi kata La Galigo?

“Cerita rakyat?”

Aku membuka tas. Kuambil sebuah buku tipis yang berkarakterkan Sawerigading itu.

Cerita ini dibuat berdasarkan cerita rakyat yang beredar di masyarakat Sulawesi selama turun temurun. Yaitu cerita I La Galigo.

Aku mengaktifkan kamera ponsel, bersiap merekam. Sekarang aku lebih percaya diri merekam secara live.

“Selamat siang, para bajingan,” aku menyapa para penontonku.

Sialan! Dia tayang!

Dia kembali!

Rumput liar UNESCO kembali!

Lihat selengkapnya