Sampai Jumpa Besok

Oleh: Rafael Yanuar

Blurb

Peradaban telah tiba pada senjausia. Sebentar lagi malam menjelang. Tak banyak manusia yang tersisa. Barangkali hanya belasan di desa yang Erlyna tinggali.

Erlyna menghabiskan harinya dengan membuka kedai teh kecil di seberang perpustakaan tua. Tidak ada nama yang tertera di tokonya. Namun, kalau mau, kau boleh menyebutnya "Kedai Erlyna" saja, seperti julukan yang diberikan profesor dan putri kecilnya, nenek yang gemar memiturkan kisah dari masa lalu, putri petani yang kerap datang dengan sekeranjang hasil panen, dan pengelana yang memutuskan singgah setelah sekian lama.

Saat akhir pekan, dengan bersepeda, Erlyna mengunjungi "Pondok Musim Semi" di hutan pinus.

Saat senyap mengisi malam, dia memainkan lagu-lagu ciptaannya dengan kalung harmonika yang senantiasa melingkar di lehernya. Harmonikanya hanya sebesar kelingking, tapi mampu mengembuskan nada-nada sehangat pelukan.

Apa lagi, ya? Rasanya tidak ada.

Lagi-lagi ini hanya cerita sederhana dan biasa saja yang tidak menawarkan gejolak, membosankan, dan mungkin cocok dibaca pada malam-malam insomnia saat kau mendamba lelap. Mungkin kau akan tertidur pada kalimat ketiga, atau barangkali lebih cepat dari itu.

Semoga saja.

Lihat selengkapnya