SAMPAI NANTI SAATNYA TIBA

sbwjsnd
Chapter #5

#5 - Kamu Siapa?

Ya Tuhan, kenapa waktu berputar begitu cepat. Rasanya baru kemarin aku masih menggendongmu dalam pangkuanku. Kuninabobokan kamu dengan nyanyian merduku yang tak pernah release albumnya hehe. Produser mana pula yang akan rela menghancurkan karirnya dengan mengorbitkan penyanyi bersuara cempreng seperti yang aku miliki ini haha. Kalau kamu ingat dan sudah bisa berbicara mungkin saat kunyanyikan lagu tidurmu waktu itu kamu akan berteriak. Mama tolong hentikan, kupingku rasanya mau pecah. Biar kicauan burung saja yang menidurkanku. Haha maaf ya Nona.

Aku ingat setiap detik perkembangan dari pertumbuhanmu. Mulai dari membalikkan badanmu, merayap dan merangkak di kasur. Juga saat terbangun dari tidur siangku yang hanya lima belas menit itu tiba-tiba kamu sudah berada hampir di ujung kasur. Aku kalah cepat tiga detik. Lalu... BRUKKK kamu terjun bebas dari atas kasur, bantal dan guling yang kubuat sebagai benteng pertahanan tak mampu mencegahmu. Tangisanmu waktu itu memilukan. Maaf ya aku terlalu lelah. Dalam satu kedipan mata saat ingin kutangkap, kamu sudah terjun. Kamu mau jadi atlet terjun payung saja Nona? Hehe.

Kemudian kamu belajar onggong-onggong, merayap, bergeser lalu bergerak mundur, duduk, dan mulai mencoba berdiri. Ah lucu sekali kamu waktu itu. Sampai akhirnya kamu bisa berjalan dan berlari kencang. Kamu akan menangis dan mengaduh saat terjatuh yang melukiskan luka di kedua lututmu.

Orang tua mana yang tidak bahagia melihat semua keajaiban itu. Aku jelas bahagia, entah dia. Mungkin dia salah satu orang tua yang tak bahagia karena sudah melewati banyak hal tentang anaknya. Dia merugi, kasihan.

Dari badan mungil yang tidak bisa apa-apa sampai menjadi anak kecil yang hobi mengejar kucing yang masuk ke dalam rumah. Lalu si kucing lari ke dapur dan mencuri ikan asin untuk makan siang kakek. Ya seketika itu nenek marah.

"Dasar kucing garong hush hush..." Usir nenekmu kepada sang kucing yang berlari ke arahmu setelahnya.

"Hush...hush...hush!" Kamu meniru nenek.

Kamu yang ada di sisi seberang bukannya ikut mengusir kucing tapi malah seperti menjaga gawang biar si kucing tidak melarikan diri. Kata hush yang keluar dari mulutmu dan tindakan yang kamu lakukan tidak sinkron. Kamu sangat ingin menangkap kucing itu, iya kamu berani sekali mendekatinya. Padahal si kucing sedang marah dengan menunjukkan auman kecilnya, mata yang melotot dan taringnya yang kecil, tajam juga berkilau. Hey kuku dijari-jarinya sudah siap menerkammu. Minggir Nona, jangan tangkap dia. Tapi kamu terus maju seolah tidak tahu apa yang akan si kucing lakukan. Kemudian ups, cakarnya telak melukai tanganmu. Kamu kalah, mengadu padaku dan menangis lagi. Hah Nona, Nona.

Nona kecil sudah tumbuh lebih besar sekarang. Sudah tahu apa yang diinginkan dan menolak yang tidak disukai. Tentu saja sudah bisa meminta uang jajan. Duh siap-siap deh mamak menyisihkan sebagian uang untuk jatah jajanmu. Asal jangan tiap hari ke minimarket saja. Bisa bangkrut mamak nih. Warung dekat rumah saja ya hehe.

Lihat selengkapnya