Aku sudah menutup kembali pintu hati ini. Kuberjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi menerima perasaan sedih, kecewa dan patah hati. Ya aku hanya ingin bahagia bersamamu Nona. Walaupun demikian hanya fokus pada pekerjaan dan kamu kadang-kadang terlalu sepi. Seperti masih ada celah yang harus di isi supaya hidup lebih berwarna lagi. Apa ya?
Oke, untuk urusan lelaki sudah aku coret dari daftar list "What To Do" yang aku buat setelah patah hati waktu itu. Berteman boleh saja tapi tidak untuk sesuatu yang lebih daripada itu. Just a friend. Titik!
Ayok berpikir Ayana, apalagi yang harus kamu lakukan untuk mengisi kekosongan ini? Pikirku dalam hati.
Selagi melamun beberapa ide muncul, tapi nampak belum cocok untuk dilakukan. Salah satunya tentang berpetualang. Menjadi pecinta alam lagi, naik gunung, arung jeram, panjat dinding atau menyusuri sungai sampai ke curug (air terjun). Seru pasti, tapi aku terlalu lama hilang kontak dengan komunitas pecinta alam di SMA-ku dulu. Naik gunung sendiri jelas bukan ide yang bagus. Dan lagi, aku belum siap juga untuk memulai petualangan sementara kamu terbilang masih sangat kecil untuk ditinggalkan ekspedisi gunung hutan yang minimal memakan waktu 3 hari paling cepat atau sampai satu minggu paling lama.
Kasihan nenekmu pasti repot menjagamu yang tak lagi bisa diam hanya bermain dengan bonekamu, sambil nenek menjaga warungnya. Kamu sudah punya sepeda sekarang, pasti kamu gowes sepeda itu kemana-mana atau sampai ke depan komplek. Ah nenekmu tak lagi muda untuk mengejarmu atau mendorongmu dari belakang. Tunggulah 3 tahun lagi, saat aku bisa membawamu menjelajah hutan belantara nanti. So, hobi naik gunungku terpaksa disimpan lagi di daftar terakhir.
Menulis novel. Waduh hobi baca aja enggak. Gimana caranya bisa menulis dengan kata-kata khas gaya para pujangga cinta itu. Gak deh!
Shopping, apalagi! Khayalan tingkat tinggi. Sementara uang gajiku hanya numpang lewat saja tiap bulannya. Udah bisa window shopping saja sudah Alhamdulillah. Kerjaan cuma kasih tanda sama barang yang di mau terus di cek lagi bulan depannya. Ya barangkali masih ada, kalau sudah raib ya wasalam. Atau kalaupun barangnya masih ada, giliran isi dompetku yang bilang "Maaf anda belum beruntung, kapan-kapan coba lagi ya" haha.
Lalu apa dong? Berpikir dan tenggelam lagi dalam lamunan, sampai bunyi sms masuk dan merusak daya imajinasiku. Hey itu dari teman lamaku Indra. Dia sahabatku sewaktu kuliah dulu kita satu geng, UBU namanya. Singkatan dari hmm jangan deh. RAHASIA Haha. Ada apa? Kok tiba-tiba dia menghubungiku. Memang sudah lama juga kita tak saling bertukar kabar. Penasaran lalu kubuka isi pesan singkat itu.
"Hey Ayana apa kabarmu? Lama sekali kamu menghilang. Ayok latihan lagi!" Begitu isi smsnya.
AHA, aku jadi teringat. Ya latihan lagi, itu dia jawabannya. Oh diam-diam dia mengingatkanku dan seperti tahu apa yang sedang aku butuhkan. Jangan-jangan dia memang cenayang yang bisa menerawang dan membaca pikiran kita walaupun dari jauh. Seperti yang sering dikatakan teman-teman lain kalau kita sedang bercanda dulu haha.
"Hey Ndra, kabarku baik. Kamu gimana? Oh iya sudah lama aku gak latihan. Dimana? Jam brapa?" Jawabku secepat kilat.
Sejak itulah aku tahu harus melakukan apa untuk mengisi celah yang kosong itu. Olahraga lagi. Sepertinya aku memang butuh menggerakkan badanku lagi. Badan sudah sangat remuk semenjak aku terpaksa berhenti melakukannya karena aku sedang mengandung kamu Nona. Dan, waktu itu aku sengaja menghilang dari peradaban juga dunia persilatan termasuk berhenti total dari berolahraga. Aku merindukan mereka teman-teman sehatku. Apa mereka juga merindukanku kembali diantara mereka lagi? Sepertinya iya, buktinya Indra menghubungiku sekarang hehe. Tidak sabar untuk kembali bersama mereka lagi. Teman-teman sehat dan teman-teman positifku.
Semenjak itu akhirnya aku bergabung kembali dengan komunitas sehat itu. Dua kali dalam seminggu sehabis pulang bekerja. Dengan konsekuensi aku akan pulang lebih malam dari hari biasanya. Paling cepat jam 10 malam sudah tiba di rumah. Dengan terpaksa kamu harus tidur bersama nenekmu. Aku sudah meminta izin terlebih dahulu kepada ibu, bagaimanapun jika aku pulang terlambat maka otomatis kamu akan tidur bersama nenek. Ibu tidak berkeberatan asal aku menjaga diri dengan baik, aku berterima kasih untuk itu. Aku berjanji padanya. Ibu seperti tau kalau anaknya terlalu stres dan butuh sedikit hiburan untuk me-recharge tenaga dan pikiran. Yup, dan selama yang kulakukan adalah kegiatan yang positif. Olahraga menurutmu bagaimana?
Jelas ada yang tidak suka dengan hobiku itu. Kakekmu selalu protes dengan apa yang aku lakukan. Walaupun itu adalah hal yang positif. Tapi tidak ada kompromi baginya dan itu membuatnya marah. Setiap kali aku pulang malam sehabis berolahraga setiap kali itu pula dia akan berkomentar pedas.
Pagi hari setelah melakukan sholat Subuh di mushola belakang rumah yang kita tinggali. Mengetuk pintu dengan kasar dan memandangku dengan wajah tak bersahabat. Dia sudah tahu kalau kamu tidur bersama nenekmu artinya malam itu aku akan pulang malam.
"Kenapa pulang malam?" Begitulah protes pertamanya.
"Iya ada keperluan diluar kerja," jawabku santai.
Pagi lainnya.
"Perempuan gak takut pulang malam?" Protes untuk kedua kalinya.
"Iya olahraha dulu." Jawabku tetap singkat.
Pagi lainnya lagi.
"Kamu kerja apa sih? Selalu pulang malam. Inget waktu dong." Ini protes ketiga kalinya.
"Kerjanya sampai jam 7 paling malam. Setelah itu olahraga dulu." Tetap singkat seperti biasanya.
Pagi yang sudah tak terhitung lagi karena sudah terlalu sering mungkin. Seiring berjalannya waktu protesnya semakin banyak.
"Memangnya olahraga gak bisa ya pagi-pagi atau siang saja di hari minggu. Perempuan keluyuran malam terus." Protes untuk kesekian kalinya.
"Jadwalnya memang malam. Semua pesertanya para pekerja yang cuma ada waktu setelah pulang kerja." Sedikit menjelaskan, walaupun aku tahu dia tidak akan menerima itu.
Dan, berkali-kali terjadi hal yang sama. Mohon dicatat jadwal olahraga hanya 2 kali dalam seminggu. Bukan tiap hari pula aku pulang malam. Kamu sering tidur bersama nenek bukan hanya karena aku pulang malam, kadang-kadang kamu memang hanya ingin tidur bersama nenek itu saja. Tapi baginya jika kamu ada di rumahnya berarti malam tersebut aku akan pulang telat lagi dan itu sering terjadi.
Kita adalah pekerja yang hanya punya waktu sedikit di jam setelah selesai bekerja. Butuh waktu 2 jam saja untuk mengekspresikan hobi atau passion kita sekalipun. Hari minggu itu waktunya istirahat dan We-time denganmu Nona. Tapi bagi ayahku itu bukan hal yang patut diberikan support.
Wanita sudah kodratnya diam di rumah menjaga anaknya. Dia menyadari kalau aku hanyalah orang tua tunggal bagi anakku. Jadi dia akan paham kalau aku harus bekerja. Tapi setelah itu tak ada lagi kesempatan lain untukku. Tak ada hobi, tak ada kesenangan, tak ada main-main. Hidup untuk kerja, anak dan ibadah. TITIK! Lagi-lagi karena kodratku katanya memang begitu.