SAMPAI NANTI SAATNYA TIBA

sbwjsnd
Chapter #15

#15 - Untung Gak Nge-Mal (1)

Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Begitulah peribahasa yang paling terkenal untuk menggambarkan antara aku dan kamu Nona. Well, untuk hal yang positif tentunya. Untuk hal-hal yang baik yang aku punya. Tidak dengan nasib buruk yang menimpaku. Aku selalu berdoa kamu tidak akan pernah mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan yang telah aku alami selama ini.

Jangan sampai kamu merasakannya juga. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika hal itu terjadi. Maka aku akan berusaha lebih keras lagi, aku akan memperjuangkan mimpi-mimpi yang kurangkai untukmu kelak. Kamu harus lebih baik dari aku, kamu harus lebih berhasil dari aku, kamu harus lebih sukses dari aku. Dan, kamu harus lebih bahagia dari aku. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Jika kamu lebih bahagia maka rasa bahagiaku juga akan lebih besar lagi. Bantu aku ya Nona! Cukup dengan menjadi anak yang manis dan kuat seperti yang aku mau. Perjalanan kita akan sangat panjang dan penuh tantangan. Maukah kamu berjanji untuk hal itu?

Ngomong-ngomong soal kesamaan. Yup aku senang sekali ternyata kita memiliki kesamaan minat. Hobby kita sama, sukanya ngalam alias senang berpetualang seperti naik gunung, jalan-jalan di hutan, hiking ke air terjun, camping dan pokoknya serba alam. Atau hanya sekedar nongkrong di cafe-cafe di sekitar bukit di Dago atas di hari minggu, setelah gajian tentunya. Sedikit fancy sebulan sekali tidak masalah dong ya. Toh untuk isi perut juga dan menyegarkan mata karena makannya sambil melihat pemandangan gunung dan hutan yang hijau-hijau. Nongkrong di mal bikin stres hati, pikiran dan dompet haha.

"Untung gak hobi nge-mal. Bisa berabe nih mamak nanti. Budget nge-mal tipis banget. Lagian sayang aja buang-buang duit, mana isi dompet tebalnya jarang-jarang. Gajian cuman numpang lewat doang. Makasih loh Nona, kamu lebih suka ngalam ketimbang nge-mal. Anak mama banget pokoknya." Ucapku girang.

Dulu, jaman kerjaku 5-2 alias lima hari kerja dan 2 hari libur di sabtu dan minggu, kita sering sekali pergi berdua menjelajah alam. Karena hari sabtu kamu masih harus sekolah. Jadi hari itu aku pakai untuk "Me-Time" di coffee shop sambil baca buku, ya walaupun aku tak suka minum kopi tapi aroma kopi bisa membuatku tenang. Atau, ya itu tadi baca buku di alam. Semua itu demi ketenangan jiwa ini yang sudah penat dengan kehidupan di kantor dan di rumah selama lima hari sebelumnya. Sedangkan hari minggu adalah harinya kita. Hari dimana kita akan mengekspresikan kebebasan kita menikmati alam setelah rutinitas kerjaku dan sekolahmu yang aku yakin membosankan juga. Iya kan!

Aku selalu mengajakmu pergi di hari minggu. Kita sudah bersiap-siap dari subuh karena satu hari itu sangat singkat untuk berpetualang ke alam. Jadi harus bersiap sepagi mungkin supaya tidak membuang waktu dan membuat mood lebih bagus jika kita berangkat sebelum matahari menyinari bumi dengan teriknya. Lumayan bisa menghirup udara yang sejuk dan dingin pagi-pagi, lebih sehat juga kan. Kenapa harus bersiap dari subuh karena tujuan kita itu selalu jauh dari rumah. Minimal butuh 1 atau 2 jam mengendarai motor. Si Bity hitamku yang dengan setia selalu menemani petualangan kita.

Ingat, kita itu ingin menikmati alam jadi bersiap-siap sepagi mungkin adalah keharusan supaya bisa merasakan dinginnya kabut yang kemudian akan perlahan menghilang, lalu sinar mentari pagi muncul untuk menghangatkan kulit. Setelah itu akan kita lihat betapa indahnya ciptaan Sang Maha Kuasa di pagi hari. Pegunungan, pepohonan hijau, udara yang bersih dan langit cerah membentuk landscape alam yang menyejukkan mata dan mendamaikan pikiran akan terlihat dengan jelas. Semua itu adalah hal yang langka bagi kita yang tinggal di tengah kota.

Kamu masih ingat tidak saat kita pergi berpetualang ke Curug Siliwangi di Gunung Puntang dulu? Itu pertama kalinya kamu benar-benar naik gunung loh. Dan, aku salut kamu bisa! Sebelumnya kita hanya menjelajah Tahura saja di Dago yang tantangannya kurang memacu adrenalin buatmu.

Peserta petualangan kali itu adalah aku, kamu, Om Kris, Om Dwi, Om Uwa, dan kuncen yang punya Banjaran dan Pangalengan alias Om Revi. Disebut kuncen karena Om Revi memang asli penduduk sana dan dia yang menjadi guide kita waktu itu. Mereka semua temanku, sebagian memang teman kerjaku dan dua lainnya teman main yang memiliki hobi yang sama. Kita berdua adalah wanita yang ikut dalam petualangan kali itu. Kamu satu-satunya anak kecil usia 8 tahun yang berani berpetualang ke alam sesungguhnya bukan hanya stay di bumi perkemahan saja tapi benar-benar naik gunung dan masuk hutan.

Lima orang berangkat dari Bandung memakai mobil Om Uwa. Titik kumpul di rumah kita. Berangkat jam 6 pagi tiba di Banjaran dan bertemu Om Revi sekitar satu jam kemudian. Jarak dari rumah Om Revi ke lokasi mungkin hanya 15 menit saja. Tak lama kemudian kita tiba di perkemahan dekat dengan area parkir mobil. Sebelum memulai perjalanan kita sempatkan mampir ke warung di sekitar perkemanahan, membeli bala-bala juga gorengan lainnya untuk sarapan. Mengisi energi dulu sebelum naik dan target kita adalah bisa kembali ke perkemahan sebelum jam 2 siang. 

Kita tidak akan memuncak sampai ke puncak Mega. Karena persiapan kita tidak memadai baik dari segi perbekalan juga fisik. Aku juga belum yakin kamu yang waktu itu masih kelas 3 SD mampu mendaki lebih jauh. Dan, memang tujuan awal kita adalah hanya sampai ke Curug Siliwangi.

Legenda mengatakan bahwa konon katanya curug itu berasal dari air seni Prabu Siliwangi. Dia membuang air seninya saat berada di atas Gunung Reregan. Banyak warga yang percaya bahwa air terjun yang mengalir itu berasal dari air seni Prabu Siliwangi. Warga juga percaya bahwa Prabu Siliwangi memiliki kekuatan sakti sehingga curug ini dianggap keramat. Curug Siliwangi terletak di Bandung Selatan. Dengan menyuguhkan keindahan alam perbukitan yang menakjubkan dan tebing-tebing yang indah namun cukup curam.

Di awal perjalanan kamu nampak sangat bersemangat. Aku berdoa supaya kamu bertahan sampai ke curug. Karena perjalanan kali itu cukup berat bagi anak kecil. Tidak, maksudku orang dewasa seperti kami pun akan sangat kelelahan. Track-nya yang sangat menantang dengan jalur pendakian yang terjal dan masuk hutan. Beberapa kali juga harus menyeberangi anak sungai dan berjalan diatas bebatuan.

Lihat selengkapnya