Pertanyaan yang paling sering dilontarkan oleh orang-orang yang mendengar niatku pindah ke Belanda adalah ... kenapa harus Belanda?
Mungkin itu juga bagian dari pertanyaanmu Nona. Tapi sebelum kamu bertanya aku sudah menjelaskan kepadamu sewaktu di Tebing Keraton dulu. Saat kamu melakukan hal yang tidak menyenangkanku waktu itu. Kubawa kamu ke sana supaya kita bisa bicara dari hati ke hati dan aku sudah memberitahumu bahwa suatu saat nanti kita akan pindah ke Belanda. Jadi aku minta padamu untuk bersabar waktu itu. Sampai nanti saatnya tiba.
Itu semua terjadi tiga tahun yang lalu. Aku sudah di sini sekarang dan masih sendiri tanpa kalian. Seandainya saja kamu menjadi anak yang baik dengan tidak membuatku berhutang kepada kakekmu, mungkin saja kita sudah di tempat yang sama saat ini. Tapi sudahlah kita tak perlu mengingat kesalahan masa lalu lagi. Toh, pasti selalu ada hikmah dibaliknya. Semua yang terjadi di masa lalu memberikan kita pelajaran hidup yang berharga.
Kembali lagi ke masalah pertanyaan tadi. Kenapa aku memilih Belanda?
Jawabannya adalah aku ingin menjauh dari jejak masa lalu. Bukan melarikan diri! Hanya saja keinginan untuk menata hidupku yang baru tanpa ada embel-embel dari bagian masa lalu yang kelam itu lebih besar daripada terus terpuruk karena penyesalan yang selalu mengekor dibelakangku. Aku sangat tahu masa laluku akan menjadi cerita lama di bab kehidupanku, juga tak akan pernah bisa kuhapus dalam catatan sejarah hidupku. Tapi biarkan aku mengubur yang suram itu dalam-dalam. Aku ingin meringankan langkahku supaya bisa menggapai mimpiku. Pada akhirnya semua itu untuk kalian, Nona dan Qeen.
***
Kini, setelah aku merasakannya sendiri. Aku bisa menjelaskan dengan pasti kepadamu kenapa aku memilih Belanda untuk tempat tinggal kita kelak. Teman baikku bilang kenapa tidak ke Amerika saja atau negara lain yang berbahasa Inggris, kita tidak harus belajar bahasa baru lagi yang menyita waktu. Bahasa Inggris sudah lebih familier untuk kita ketimbang bahasa dari negeri "Kincir Angin" itu yang katanya susah.
Ya aku pikir juga begitu, akan lebih mudah untuk kita pindah ke negara yang berbahasa Inggris saja. Tapi aku belum berani untuk pindah ke Amerika, Kanada atau ke tempat lain selain Benua Eropa. Atau Inggris yang jelas-jelas bahasa Inggris adalah bahasa utamanya. Aku tak berniat ke sana karena biaya dan gaya hidup yang lebih mahal.
Aku memilih Eropa karena gaya hidup orang-orang Eropa yang sosialis, sederhana dan lebih bijak ketimbang Amerika yang materialistis, mewah dan kapitalis. Eropa negara yang berbudaya sama halnya dengan Indonesia. Salah satu negara yang aku pilih tentunya Belanda. Dari sejarah negara kita yang dulu sudah pernah dijajahnya, pasti banyak hal yang sudah familier dengan kita di sana. Setidaknya sejarah itu akan membawa beberapa hal yang kita kenali dari Indonesia.
Sudah banyak pula orang-orang Indonesia yang tinggal dan bersekolah bahkan menetap di Belanda jadi aku pikir nanti di sini kita pun tak akan terlalu sendirian. Kita masih bisa merasakan suasana seperti di rumah kita sendiri, Indonesia. Walaupun pada kenyataannya banyak juga dari mereka yang sombong tak mau berteman dengan pendatang baru sepertiku. Katanya senior tak selevel dengan juniornya. Duh masih saja ada orang-orang seperti itu, aku rasa mereka yang bisa datang ke sini secara instan. Tapi ada juga beberapa orang yang masih baik dan sampai sekarang berteman akrab denganku. Karena nasib kita sama, perjuangan kita sama dan kita sudah mengalami prosesnya dengan tidak mudah.
Aku tak terlalu peduli dengan mereka yang sombong itu, toh di sini hidup kita ya masing-masing saja, aku juga sibuk dengan pekerjaanku. Aku disini bekerja keras bukan ingin membentuk kelompok sosialita yang hanya bisa pamer suami bule dan kekayaannya di sini.
Dari segi makanan, sudah banyak juga restoran masakan Indonesia di sini. Jadi kalau kita rindu mencicipi rendang, soto ayam, atau bakso kita bisa mampir ke restoran Indonesia atau rumah makan padang yang sudah menyebar di kota-kota besar di Belanda.
Untuk urusan pendidikan jelas aku ingin kalian mendapatkan pendidikan yang bagus. Sistem sekolah dan kuliah di sini beda Nona, yang pasti akan lebih baik dan tidak membosankan seperti di sekolahmu dulu. Tapi jangan salah kuliah di sini bukan untuk anak-anak yang sukanya berleha-leha, ujian tidak lagi setiap bulan ke enam atau menjelang akhir semester. Tiap tujuh minggu sekali bisa jadi akan ada ujian dan kamu harus bersiap-siap untuk itu. Dosen-dosen disini lebih menyukai berdiskusi dengan mahasiswanya ketimbang mengajari mereka dan mendikte materi dari buku di depan kelas.
Dan, tidak akan ada lagi sistem zonasi yang menyebalkan itu. Walau demikian disarankan memilih sekolah yang dekat dengan rumah, itu hanya dikarenakan untuk memudahkan transportasi dan mobilitas kita saja. Tak masalah dengan itu karena sekolah-sekolah di sini rata-rata kualitasnya sudah sama, tak ada istilah sekolah favorit yang membuat kesenjangan di dunia pendidikan seperti di negara kita. Dimanapun sekolahnya kalian akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik ketimbang di tempat lahir kita yang masih harus berjuang keras menyamaratakan kualitas pendidikannya.