Terjebak di Bawah Rintik
Langit sore itu mendadak muram. Awan gelap menggantung rendah, seolah memberi tanda akan menumpahkan hujan deras. Mahasiswa yang tadinya ramai di halaman kampus mulai berlari, mencari tempat berteduh.
Nayla baru saja keluar dari ruang kelas dengan map tugas di tangan. Ia menghela napas lega, akhirnya presentasi selesai juga. Tapi langkahnya terhenti ketika rintik pertama jatuh, mengenai tangannya.
“Duh, payung ketinggalan di kos…” keluhnya lirih.
Ia berlari kecil menuju selasar gedung, bergabung dengan beberapa mahasiswa lain yang juga menunggu hujan reda. Angin membawa aroma tanah basah yang khas, menenangkan sekaligus menyesakkan. Nayla menatap ke depan—jalan kampus yang mulai sepi, basah oleh hujan deras yang tiba-tiba turun.
Di tengah kerumunan orang yang berteduh, matanya tak sengaja menangkap sosok yang familiar. Raka. Ia berdiri tak jauh darinya, menenteng tas selempang, dengan wajah tenang khas dirinya. Rambutnya sedikit basah, sepertinya ia terlambat menemukan tempat berteduh.
Jantung Nayla berdetak lebih cepat. Kenapa harus sekarang, sih…? pikirnya, antara gugup dan senang.
Mereka saling menatap sekilas. Raka memberi anggukan singkat. “Hai,” ucapnya pelan.
“Hai…” Nayla menjawab canggung.
Hujan semakin deras, menimbulkan suara gemuruh di atap seng selasar. Angin membuat beberapa titik air menyiprat hingga mengenai kaki mereka. Orang-orang di sekitar sibuk dengan ponsel masing-masing, tapi antara Nayla dan Raka, keheningan justru terasa jelas.
“Lagi nggak bawa payung?” tanya Raka setelah beberapa detik.
Nayla menggeleng. “Ketinggalan di kos.”
“Hmm.” Raka mengangguk singkat, lalu mengangkat tasnya, mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru tua. Ia membukanya dengan cekatan, lalu menoleh. “Kebetulan aku bawa dua. Mau bareng?”
Nayla terbelalak. “Kamu… bawa dua?”
Raka tersenyum samar. “Kebiasaan. Kadang temen ada yang butuh.”
Nayla sempat ragu, tapi akhirnya mengangguk kecil. “Boleh… makasih, ya.”
---
Mereka berjalan beriringan melewati gerimis, berbagi payung di bawah langit yang penuh suara hujan. Jarak di antara mereka dekat, bahkan terlalu dekat. Nayla bisa mendengar detak jantungnya sendiri, seolah bersaing dengan suara hujan di sekitar.