"Bima, kamu baik-baik saja?" Tanya seorang gadis rupawan di sampingku. Aku berdeham dan refleks menggaruk tengkuk kala menemukan air muka khawatir dari parasnya.
Perkataan Tina dan nasihat dari Aldo di sekolah hari ini berhasil menghantuiku sampai aku tiba di pasar Siang bersama Triani. Rencana kami mengunjungi pasar Siang adalah untuk mengupas tuntas apa saja yang ada di dalam pasar tradisional ini agar ia semakin mengenal tempat tinggal barunya, kebetulan juga Triani mendapat pesanan dari orang tuanya untuk membeli daging.
Aku merasa bersalah karena selama perjalanan menuju kemari, aku hanya menghabiskan waktu melamuni masalahku dengan Tina dan saran dari Aldo.
"Iya, ngomong-ngomong kamu mau beli apa dulu?" Tanyaku.
Triani menunjuk sebuah kios yang menjual daging potongan, kami pun menghampiri warung tersebut. Bapak penjualnya menyambut kedatangan kami dengan senyuman manis. Aku hanya diam di sampingnya seperti anak ayam, menyimak pembicaraan dua arah mereka sampai selesai.
"Ibumu hanya memesan ayam?"
"Iya, Bim, makasih ya. Sekarang kita mau kemana?"
aku berpikir sejenak. "Kamu haus nggak?" Triani membalas dengan anggukan singkat. "Aku tau tukang jual es doger yang enak di sini, mau mampir dulu ke sana?"
"Boleh Bim."
Kami pun menarik langkah kembali menyusuri ramainya pasar Siang. Kini aku yang memimpin arahnya.
"Triani," panggilku pelan. Dia menaruh atensi dan aku mulai mempersiapkan kata-kata. "Kamu mau menikmati masa muda kayak aku?"
Dia mengerutkan kening dan mengangguk singkat. "Ada apa?"
"Kamu bisa kenalan sama Tina dan Aldo, mereka anak-anak baik, aku sering menghabiskan waktu dengan mereka. Bagus 'kan kalo kamu punya teman lain juga?"
Uraianku tampaknya tak mendapat respons baik dari Triani, raut wajahnya terlihat kecewa. Aku menyesal membuka topik tersebut, tapi karena sudah terlanjur, tak ada jalan lain selain meneruskan.
"Aku udah cukup sama kamu Bim, kamu nggak keberatan, kan?"
"Tapi ada baiknya kamu mengenal orang lain juga, jadi kita bisa main sama-sama," bujukku memberikan lagi gambaran.
Aku senang Triani cukup hanya denganku, tapi setelah dipikirkan matang dengan mempertimbangkan perkataan Aldo, aku setuju untuk memperkenalkan Triani kepada mereka. Selain baik untukku, baik untuknya juga. Dia jadi bisa menikmati masa remajanya dengan maksimal, karena bermain bersama teman-temanlah arti dari menikmati masa muda sesungguhnya.