"buat telponnya sekarang"
"siap laksanakan"
BEEP . . . . . . . BEEP . . . . . . . BEEP . . . . . . .BEEP
"Halo, kepolisian lokal, dengan siapa?"
"he, tidak usah tanya ini siapa. Saya telah menawan sekitar 200 an orang di sini. Mereka akan diledakan jika kalian tidak menuruti apa yang kami mau"
"saya lagi gak mau becanda, maaf ya"
"Jalan Cikini Raya No.73, RT 08 / RW 02, Cikini, Menteng. Lihat di situasi di sana, apa yang terjadi"
"saya gak ada waktu bermain, maaf ya"
"silakan saja acuh, tapi bom selanjutnya mungkin saja muncul dan 200 an orang mati di sana. Oh ya, dan semua kematian orang itu adalah akibat salahmu"
lalu langsung ditutupnya telpon tersebut
"Kau yakin bisa dengan cara itu?"
"Mereka bodoh, tapi kemanusian mereka tinggi, tenang saja. 200 an orang akan membuat mereka berpikir.
[{()}]
"Oke semua ngumpul di ruangan yang telah kita tentukan. Cepat dan segera" Pak Lukman memberitahu semua kru dan kelompok pak Ali melalui walkie talkie.
Tak selang beberapa lama akhirnya mereka semua bertemu di titik pertemuan.
"Baiklah semuanya, jelaskan kondisi masing-masing" Cakap PAk Lukman
"tadi saya dan tim berkeliling melihat daerah keamanan. Anehnya, semua keamanan yang berjaga di area PVIP, ruangan kita, dan juga keamanan pintu belakang keluar semuanya pingsan" Tutur Ecep
"pingsan?" Pak Lukman mengerutkan dahi
"ya, penjaga pintu belakang pingsan, dan tubuh nya ada di dalam ruangan. Pintu belakang terkunci. Aku sudah sadarkan petugas itu, namun ia masih linglung dan pusing. Jadi aku tempatkan dia di ruangan kita. Mengenai pintunya tidak bisa di buka lagi dengan kunci penjaga tersebut. Ketika di coba untuk di dobrak, tetap keras. Sepertinya ada yang menghalangi dibalik pintu itu. Kami sudah coba merusak pintu, alhasil memang benar ada semacam bongkahan batu atau apalah itu yang menutupi. Lalu untuk petugas yang lain telah diarahkan untuk menenangkan para hadirin di ruang utama, dan mereka lumayan tenang sekarang, tidak seperti sebelumnya."