Suasana mulai terasa sejuk. Angin sore harusnya tak sedingin ini. Julia melihat ke langit menerka sambil menggoes sepedanya. Cinta menatap Julia yang sedang menghadap ke atas dari kursi belakang sepeda listriknya. Tak beberapa saat, sampailah mereka di rumah. Karena hari menjelang malam mereka menaruh sepeda mereka di dalam garasi. Mereka pun masuk ke ruangan tengah dari pintu garasi. Julia menyalakan lampu teras dan menyalakan lampu dapur serta ruang tengah. Cinta bergerak langsung ke atas tanpa menoleh lagi ke Julia. Julia bersantai sejenak sambil membuka pakaian luarnya dan menaruhnya di gantungan belakang pintu depan. Sekarang ia hanya memakai celana panjang dan kaos berlengan sepanjang bahu
BEEEEEP . . . . . . . . . .
Julia menyalakan telivisi sambil bersantai saja di sofa nya. Mencoba mencari acara TV yang sesuai keinginannya. Tiba-tiba di TV terdapat acara semacam acara seni. Awalnya Julia tidak begitu tertarik menonton nya. Tapi ketika ia melihat ada seseorang yang membaca puisi, ia pun mendengarkan.
"Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana"
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
. . . . . . . . . . . . . . .
Gus Mus
-1987-