Syahdan, gelap sunyi senyap suasana lenyap. Rembulan mengantuk terbawa buaian angin senandung sarat. Waktu paling cocok bagi insan terlelap tenang termangu.
Sepertinya ditengah dengkuran manusia, terdengar mereka yang terbangun memanjatkan doa. Bersujud bersimpuh menghadapkan diri berserah diri.
Pak Lukman sedang melakukan solat malam. Walalu badan lelah karena pertemuannya di rumah Julia, ia tetap memaksa untuk melakukan solat malam. Pak Lukman menenangkan diri dari semua kegilaan dunia saat ini. Ia tak kadang menangis tersedu mengingat apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Pak Lukman sebenarnya memikirkan hal yang sebenarnya tidak layak dipikirkan. Pak RT membuat dia curiga tak berujung. Pak Lukman meutuskan angkat kaki merapikan sejadah. Lalu memutuskam keluar rumah untuk menyelidiki rumah Pak RT tersebut. Sebenarnya memang tak pantas berburuk sangka seperti ini, tapi ternyata keiingin tahuannya tak terbendung. Ketika telah sampai di depan rumahPak RT, Iapun terkejut.
"Lho!? Pak Ali"
"Ssssstttt...... Sekiranya mungkin benar kalau Pak RT terlibat. Lebih baik kita cari tahu bersama saja"
"Kau merasakan hal yang sama ya? Semenjak aku membaca kertas yang diberikan Julia, aku melihat bahwa sebenernya Pak Ustad Ahmad adalah salah satu direksi penanggung jawab dari acara TTT."
"Betul betul, mungkin pada saat di rumah Julia aku sempat tidak sadar, tapi ternyata benar. Memang itu kenyataannya"
"Padahal itu sebenernya hanya acara tahunan biasa, masih banyak pertanyaan lah sebenernya"
"Ya sudah, yuk deh"
Bersama dalam senyap malam mereka mengendap menuju kavling yang dihuni Pak RT. Setengah perjalanan mereka terhenti sejenak, mereka pun bersembunyi di sela-sela rumah. Ada mobil yang lewat, namun yang membuat mereka bersembunyi adalah mobil tersebut adalah moil yang mereka curigai sebagai mobil box yang berpura-pura menjadi pembawa kiriman barang.
Merekapun memutuskan mengendap mengikuti mobil tersebut. Anehnya, mobil tersebut tidak menuju ke rumah Pak RT. Tapi malah ke rumah seberang Pak RT. Mereka memutuskan untuk menuju rumah tersebut dan mendengar beberapa infomrasi dari dalam.
TIN. . . . . TIN. . . . . . TIN. . . . . .
"Nah tuh dah dateng"
"Bagaimana kabarnya? huehehehehe"
"Kita sudah siap untuk lanjutkan ke fase yang berikutnya"
"Ya bagus begitu, aku sangat suka, Jadi sudah berapa persen?"
"Sekitar 80% dari yang direncanakan"
"Sekarang mari kita buat menjadi 90%"
Lalu mereka pun menurunkan barangnya ke dalam rumah mereka. Dua orang membuka pintu belakang dan yang lainnya menjaga-jaga sekelilinginya. Tak berapa lama merekapun masuk ke rumah mereka dan mengunci pintunya.
"Kau merasakan ada yang melihat dari luar"
"Tidak ada kok, aku pikir tidak ada"
"Itu yang ada di sana bergerak"
"Itu hanya angin, ayo lanjut bekerja.
"Sudah aku bilang kalau di sini itu tidak begitu baik"
"Ingat, kalau tempat yang paling baik adalah yang membaur"
Tak sengaja Pak Ali menginjak batang kering
...
"Ah...hampir saja ketahuan. Hati-hati" Ujar Pak Lukman
"Oh oke . Maaf maaf. Biar aku saja yang buat telpon ke Bu Julia"
"Ya ya ya"
...
"Rencana kita yang melibatkan Pak RT gimana?"
"Tenang saja, kambing hitam yang tepat"
...