Sampiran Durian

Azul
Chapter #45

Etsa

"Pemirsa sekalian, sudah sejak seminggu dari kejadian memilukan yang terjadi di monas. Berita bagus yang bisa di sampaikan adalah tidak adanya teror susulan. Para terduga teroris telah ditangkap oleh polisi. Semoga kejadian ini tidak terulang kembali. Dalam mengenang para korban ..."

"Yuk yuk silakan di makan" Ujar Pak Lukman

Pak Lukman mengajak Julia, Timmy dan Rudi makan bersama. Pak Ali yang tengah repot membuka kulit buahnya memberi isyarat kepada yang lain untuk makan.

"Wah iya Pak, Terima kasih banyak" Ujar Rudi yang langsung mengambil dan melahap nya

"Makasih banyak lho pak" Julia memngambil dan memakannya

Bu Tuti dan Bu Yani sedang asil memberi makan sang buah hati sambil satu tangannya memakan buat tersebut. Teras di rumah Pak Ali di perumahan Jacergas cukup untuk menampung sekitar sepuluh orang. Tujuh orang yang menempati teras ini, tentu bukan masalah. Ditemani kicauan burung Pak Lukman, yang ada di sebelah rumah Pak Ali. Teras dilapisi marmer membuat suasana sejuk. Teduhnya rumah serta hangatnya pembicaraan sangat membuat hati merasa aman. Terlihat mobil melaju dari ujung jalan. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah Pak Ali.

"Assalamu'alaikum semuanya" Eman turun dari mobil dengan tangan yang gips serta di perban

mobil itu pun pergi dari rumah Pak Ali

"Wahh bisa bisa nya kamu ke sini pakai taksi online" Ujar Rudi

Eman hanya tertawa sejenak.

"Udah udah, mari Eman, makan" Ujar Pak ali

Eman mengangguk dan segera ikut makan.

[{()}]

Pintu jeruji besi itu pun terbuka, tak seperti hotel prodio yang lain, hotel prodio ini sepi dan khusus untuk penjahat yang tak biasa. Lalu masuklah seorang pemuda, dengan botak rambutnya dan agak kekar, setelahnya ada seseorang yang masuk memakai baju kasual dengan tangan patah yang di gips.

"Kau benar-benat tidak peruduli yah?" Eman memulai pembicaraan

"Cih"

"Aku anggap itu adalah kata ya "

"Untuk apa? Kebaikan kalian?"

"Untuk kepintaran anda"

"Terima kasih"

"Oh sama-sama. Tapi saya dan anda tahu bahwa sepandai-pandai tupai melompat . . . . . . . . . ."

"Merekan akan tetap kabur?" Tanya pemuda botak itu sinis

Lihat selengkapnya