Suara berisik anak-anak kelas terdengar hingga ke depan pintu. Jingga yang baru saja tiba sontak berhenti dan mematung, menyaksikan teman-teman kelasnya berkerumun di meja guru. Ada yang berteriak senang, ada juga yang diam seribu bahasa.
Jingga tampak penasaran apa yang tengah mereka lakukan. Dia berjalan menuju meja guru, mendapati nilai ulangan kimia kemarin telah keluar. Tangannya segera mencari sebuah kertas yang bernamakan "Jingga Permadani Darmawangsa." Dia menemukan kertasnya tepat di tumpukan paling akhir.
Jingga menarik kertas itu dan keluar dari kerumunan. Tubuhnya menghadap pintu. Didekapnya lembaran kertas itu. Jingga berharap semoga nilainya benar-benar tidak mengecewakan. Paling tidak nilainya harus sama dengan KKM.
Wanita itu mulai menarik kertas dalam dekapannya. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya dingin. Lantas ia membuka perlahan. Mata Jingga tercengang dan tak berkedip. Badannya beku seketika.
Dari balik pintu kelas, terlihat seseorang tengah berjalan. Lelaki tinggi berkacamata, dengan kulit putih yang menambah kesan menawannya.
"Sam!" Teriak Jingga.
Lelaki yang dipanggil dengan nama Sam menoleh seketika. Jingga berlari ke arahnya. Memeluk lelaki itu erat-erat. Seluruh siswa yang berada di situ kaget, dan tak menyangka. Jingga yang dikenal tidak pernah dekat dengan laki-laki bahkan seringkali mengabaikan lelaki yang menyukainya kini memperlihatkan dengan jelas bahwa dirinya tengah memeluk erat seorang lelaki. Terlebih yang dipeluk adalah Sam. Lelaki misterius yang dikenal dingin dan jarang berbaur dengan orang lain.
Seluruh siswa yang kala itu berada disitu diam seketika. Keadaan menjadi hening, membuat Jingga segera melepaskan pelukannya.
Raut wajah Sam masih kaget dan juga heran. Mengapa tiba-tiba gadis di depan tubuhnya memeluk ia erat-erat?
Jingga tersenyum lebar menatap Sam. Dia memberikan kertas ulangannya. Sam meraihnya dan membuka perlahan. Di sana terpampang nama Jingga beserta nilainya 75.
Sam melirik wajah Jingga yang berseri-seri. Wanita itu tampak tengah bahagia. Dia tak memikirkan dirinya tengah menjadi pusat perhatian.
"Gimana?" ucap Jingga. Sam mengangguk dan tersenyum.
Lelaki itu memberikan kembali kertas ulangan Jingga. Lantas dia mengacak-acak rambut Jingga.
"Banyak belajar lagi biar dapat 80." ucap Sam lalu kembali berjalan meninggalkan Jingga.
Seluruh siswa yang melihat melongo. Bagaimana mungkin seorang Sam bisa sedekat itu dengan wanita? Selama ini banyak wanita yang berusaha mendekati Sam, tapi lelaki itu sangat dingin hingga semuanya menyerah dan menjauh dari Sam.
Jingga tersenyum menatap punggung Sam yang mulai menjauh. Gadis itu tetap terlihat berseri-seri. Ini kali pertama Jingga mendapatkan nilai di atas KKM untuk pelajaran kimia. Dia sangat beruntung dan berterima kasih kepada Sam.
***
Sepulang sekolah, Jingga berjalan keluar kelas lebih dulu. Tidak seperti biasanya, gadis itu berlari menuju halte sekolah tepat setelah bel pulang berbunyi. Padahal halte sekolah masih sangat sepi, belum ada metromini ataupun kendaraan umum yang berhenti.
Jingga berdiri dengan wajah cerianya seperti biasa. Gadis itu tersenyum sumringah melihat seorang lelaki berjalan ke arah halte. Lelaki itu menyadari kehadiran Jingga, namun sikapnya biasa saja dan tidak seceria Jingga.
"Hai Sam." Sapa Jingga.
"Kamu ngapain di sini?"
"Nungguin kamu."
"Kenapa harus nungguin saya?"
"Saya mau ngajak kamu makan. Sebagai tanda terima kasih saya karena kamu udah ngajarin saya kimia." ucap Jingga dengan manisnya.
"Tapi saya nggak laper."
"Terus kamu mau apa? Biar nanti saya turutin kemauan kamu." Sam memutar bola matanya. Lantas dia tersenyum kecil membuat Jingga heran.
"Serius mau turutin apa yang saya minta?" Jingga mengangguk cepat.
"Iya Sam. Semua yang Sam minta bakal saya turutin."
"Ya udah." Tangan Sam melambai ke arah metromini, dengan segera kendaraan itu berhenti tepat di depan mereka.
"Masuk." ucap Sam.
"Kita mau kemana?"