Samuel dan Rania

Riwa
Chapter #1

Rania Menyukainya

“Aduh!”

Sesuatu yang tampak seperti benda besar dan tumpul menghantam belakang kepalanya. Rasa sakit membuatnya seperti melihat banyak bintang berkilau di sekelilingnya dan air mata menetes membasahi pipinya.

Setelah kilauan di sekelilingnya menghilang, Rania berbalik dan melihat Samuel Mahendra dan dua kroninya, Galen Ghassan dan Alexander Zavian, memandangnya sambil tersenyum mengejek.

“Apa?” Samuel bertanya, memantang.

Tak ingin terprovokasi, Rania kembali ke posisinya semula dan memandang bola kertas yang baru saja menghantam kepalanya. Benda itu tergeletak begitu saja di atas meja. Rania mengambilnya, membuka gulungan kertas dan mendapati sebuah batu kecil di tengah gulungan kertas. Pantas saja kepalanya benar-benar sakit.

Ingin sekali Rania mengucapkan kata-kata makian. Ingin sekali dia berbalik dan menghajar Samuel. Namun dia tidak bisa melakukannya. Seperti yang selalu terjadi, saat dia menatap mata abu-abu indah milik Samuel, dia merasa seolah melihat musim dingin favoritnya.

“Rania Wadihan, kau ingin mengatakan sesuatu?” Profesor Birman memandang Rania dari meja guru. Dia adalah guru Sejarah Indaya yang mengajarkan intrik-intrik dan perang-perang jaman dulu yang tidak jelas apakah intrik dan perang itu benar-benar ada ataukah hanya karangannya saja.

Anak-anak lain yang tadinya sedang tertidur di meja, terbuai oleh suara membosankan Profesor Birman, segera bangun dan memandang Rania dengan tertarik.

“Profesor, seseorang baru saja—” Rania tak bisa melanjutkan kata-katanya karena suara mengejek Samuel terdengar dari belakang: “Nah, nah, jadi pengadu sekarang, Rania.”

“Apa yang ingin kaukatakan, Rania?” tanya Profesor Birman lagi, tampak tak sabar. Rupanya dia tak senang ada murid yang menginterupsi pelajarannya.

“Tidak ada, Profesor!” Rania menjawab, lalu menunduk, sementara di belakang terdengar suara tawa.

“Sepertinya Rania sakit, Profesor,” kata Samuel dari belakang. “Bolehkah saya mengantarnya ke ruang kesehatan?”

Lihat selengkapnya