Sanaya ( Cinta anak yang terabaikan)

Nanang Alis
Chapter #4

Chapter tanpa judul #4

"Diantar siapa? "

"Teman, bi"

"Baru sehari sekolah kamu sudah jalan sama teman lelaki. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan seperti ibumu di masa lalu. Jangan bikin malu".

Sanaya terduduk lesu. Tadi di sekolah Nirmala mempermalukan dirinya. Sekarang, baru sampai rumah bibinya sudah kembali mengoyak perasaannya dengan mempermalukan ibunya di depannya sendiri. Baru lewat setengah hari cobaannya sudah sebanyak itu. Entah ada apa lagi di jam berikutnya.

Sanaya menarik nafas dalam. Rasanya lelah sekali harus selalu membiasakan diri untuk tetap baik-baik saja setiap kali dirinya jatuh oleh keadaan. Tapi apa boleh buat, tidak ada pilihan lain selain menikmati rasa sakitnya berjam-jam di malam hari lalu kembali pulih saat matahari pagi mulai nampak.

"Sanaya bangun. Sanaya".

Kedua matanya yerasa sangat berat. Rasanya baru beberapa menit lalu ia tertidur tapi sudah di bangunkan.

" Cuci muka, lalu antar bibi mengangkut kelapa-kelapa ini di pinggir jalan. Setelah itu pakai seragammu,ikut bibi naik open cup biar hemat".

Sanaya kembali menarik nafas. Di luar masih gelap. Entah apa yang akan ia lakukan di depan sekolah jika ia sampai nanti. Pagar sekolah pasti belum di buka. Tapi, Lagi-lagi tidak ada pilihan lain bagi Sanaya.

"Sebentar lagi satpam di sekolahmu pasti akan datang".

Sanaya melompat dari pick up.

" Ini uang untuk ongkos pulang sama makan kamu".

Hana memberikan uang sepuluh ribu pada Sanaya. Dengan senyum samar, Sanaya menerimanya. Cukup tidak cukup, harus cukup. Setidaknya, Sanaya bisa mengisi perut dengan dua biji roti kacang dan segelas mineral.

Sanaya mengedarkan pandangan. Masih sepi. Padahal sudah setengah enam tapi langit masih terlihat gelap. Ia berjalan menuju sekolah, memasuki lorong yang jaraknya sekitar lima puluh meter dari jalan poros.

Udaranya terasa sejuk, mungkin juga dingin. Hawanya sampai menusuk ke tulang. Sanaya duduk di sebuah bangku panjang di samping pagar. Tak lama, terdengar suara motor pak Makmur yang khas. Walau baru sehari, semua siswa baru di sekolah itu pasti langsung mengenali suara khas motor tua pak Makmur.

"Pagi pak"

Sanaya mengulas senyum manis pada lelaki paruh baya itu.

"Pagi_Sanaya? "

Pak Makmur membaca sekilas papan nama di baju seragam Sanaya.

Lihat selengkapnya