Terik matahari menyengat, keringat bercucuran berkejar dengan waktu. Rima berlari menuju pangkalan angkot mencari seseorang yang ia kenal. Setengah jam lagi Spit yang akan membawanya pulang akan berangkat.
"Permisi, angkot pak Burhan sudah jalan? "
"Oh ada di ujung bu, yang warna merah".
" Terima kasih".
Rima berlari menuju arah timur. Dari jauh Rima sudah melihat sosok Pak Burhan. Sopir angkot dari kampungnya yang sudah berusia kepala enam itu masih setia dengan pekerjaannya.
"Pak Burhan".
" Rima? Ada apa nak? "Burhan memperhatikan penampilan Rima yang bermandi peluh karena terik panas matahari siang itu.
" Pak, tolong berikan ini pada Sanaya. Saya buru-buru, saya harus pulang sekarang. Spit saya dua puluh menit lagi. Ini ongkos untuk bapak".
"Nak Rima, ini akan saya sampaikan pada Sanaya. Simpan ongkosnya untuk nak Rima. Pergilah, jangan sampai spitnya jalan sebelum kamu sampai".
" Terimakasih banyak, pak". Rima tampak menetaskan air mata. Mengingat Sanaya akan seperti apa rasanya. Tapi Rima tidak punya pilihan lain selain menurut pada suaminya.
Rima berlari menyusuri pasar mengambil jalan pintas untuk sampai di pelabuhan tepat waktu. Nafasnya ngos-ngosan, peluhnya semakin deras berjatuhan. Bajunya sudah basah tapi Rima tak peduli dengan tatapan semua orang. Beruntung, Rima sampai di pelabuhan tepat waktu.
* * *
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Sanaya dan Hanan menjawab bersamaan. Mereka sedang mengerjakan tugas sekolah sore itu. Kebetulan Hanan mengantar Hana setelah bekerja seharian di rumahnya.
"Pak Burhan? Mari pak masuk".
" Bapak di sini saja, nak ".
" Bibi sedang ada di dapur".
"Bapak ada perlu sama kamu"
Pak Burhan memberikan kantung kresek kecil berwarna hitam pada Sanaya.
"Apa ini pak? "
"Titipan dari ibumu. Ibumu memberikan ini siang tadi di pangkalan. Kasihan, sepertinya dia sangat terburu-buru sampai lari-lari".
Hati Sanaya merasa iba. Bukan hanya pada ibunya tapi pada dirinya juga. Entah kenapa Sanaya merasa sangat sedih hingga air matanya menetes tapi buru-buru ia usap.
"Ya sudah, bapak pulang dulu".