Selama mengerjakan tugas, Sanaya hanya banyak diam. Selalu saja melamun jika Hanan tak menyadarkannya. Pikirannya hanya tertuju pada ibunya. Entah kapan ia bisa bertemu ibunya kembali. Apa masih, atau tidak akan pernah bertemu lagi.
"Sanaya". Hanan menyadarkannya dengan pelan.
" Sebaiknya kamu istirahat saja, biar saya yang selesaikan semuanya. Kamu Terima beres saja".
"Maaf ya, Hanan. Saya benar-benar nggak bisa fokus sekarang".
" Saya tidak tau persis apa yang terjadi. Jika butuh pendengar, saya siap jadi pendengar yang baik". Sanaya hanya mengangguk, ia tidak mengatakan apapun karena sudah pasti air matanya akan jatuh lagi.
Malam itu, Sanaya dan Hana menginap di rumah Hanan. Sepanjang malam Sanaya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia merindukan ibunya yang tidak ia temui sebelum kepergian ibunya.
Bu, bagaimana kabar ibu malam ini. Ibu rindu kan sama Sanaya? Ibu sayang kan bu, sama Sanaya. Ibu juha memikirkan Sanaya kan malam ini? Sanaya rindu bu....
Sanaya hanya bisa menangis dalam diam, memeluk guling dalam gelapnya malam yang dingin. Sanaya ingin tahu sedalam apa ibunya merindukan dirinya. Apakah sama dengan yang Sanaya rasakan?.
"Belum tidur? " Hana bertanya, pelan. Ia mengelus punggung Sanaya berkali-kali.
"Tidur, besok pagi bangun cepat biar bisa bantu bibi di dapur. Hanan ingin sarapan di rumah besok pagi". Sanaya tak menjawab, Hana juga tak menunggu jawabannya dan mulai memejamkan mata. Di kamar berukuran cukup luas dengan ranjang empuk itu membuat tubuh keduanya lebih nyaman.
"Silahkan den Hanan".
" Santai saja bi, panggil Hanan saja. Ayo sarapan sama-sama".
Hana juga Sanaya saling melempar pandangan, ingin menolak tapi_
"Ayo. Saya nggak bisa makan kalau cuma sendiri. Tenang saja orang tuaku adalah orang-orang yang paling santai di dunia ini. Ayo"
Sanaya yang sudah berseragam rapi duduk lebih dulu, lalu di susul oleh Hana. Mereka makan dengan lahap hingga nasi goreng buatan Hana nyaris ludes.
"Bi, kami pamit ke sekolah".
Sanaya menyalami tangan Hana, begitu juga Hanan. Keduanya berangkat ke sekolah menggunakan motor seperti biasa.
" Pegangan, kita sudah hampir telat".
"Maksudnya, kamu mau nge balap gitu? "
"Sedikit".