"Ayahmu menemuimu?? ". Hana langsung menodong Sanaya dengan pertanyaan yang tidak ingin Sanaya dengar hari itu. Ia merasa sangat lelah karena baru pulang dari sekolah.
" Sanaya jawab bibi. Apa ayahmu menemuimu? "
"Apa dia ayahku? Kenapa aku tidak pernah menjadi penting baginya jika dia ayahku? "
"Jangan berteriak Sanaya. Jangan berlebihan".
" Bibi bilang saya berlebihan?. Selama ini yang Sanaya alami hal yang biasa?? Selama ini Sanaya menghadapi semuanya, jatuh bangun sendirian dan putus asa berkali-kali tapi Sanaya terus mencoba baik-baik saja dan bibi menganggap semuanya berlebihan?!!! "
"Sanaya, jangan berteriak!! "
"Kenapa?? Kenapa Sanaya yang harus terus memahami semua orang? Kenapa Sanaya yang harus selalu mengerti dan mengalah agar semuanya baik-baik saja. Kenapa harus Sanaya,bi!!?".
Tangis Sanaya pecah dalam teriakannya yang histeris. Saat itu Hana hanya bisa tertegun seperti kehilangan akal. Seumur hidup ia baru melihat Sanaya seperti itu. Ternyata selama ini Sanaya tidak baik-baik saja. Sanaya hanya berusaha baik dan berpura-pura memahami semuanya dengan sabar. Dalam diamnya Sanaya memberontak dan hari itu semuanya terkuak seperti bom waktu yang meledak.
Air mata Hana jatuh. Melihat Sanaya merosot di lantai dan menangis sesenggukan sampai nafasnya tersengal. Sesak. Hana bisa merasakannya. Betapa beratnya beban hidup Sanaya selama ini. Kedua orang tuanya masih hidup tapi Sanaya harus menanggung semua luka dan penderitaan sendiri selama ini. Apapun yang ia rasakan, sesulit apapun hari-hari yang ia lewati, Sanaya hanya memendamnya sendiri. Ia tidak memiliki tempat yang tepat untuk mengadukan semuanya.
"Sanaya".Hana ikut gugup dan menangis. Ternyata sejak tadi ada Hanan yang menyaksikan semuanya. Hanan pasti melihat sekacau apa Sanaya tadi.
" Sanaya bangun". Sanaya menggeleng, air matanya masih deras mengalir menatap Hanan yang berdiri di depannya.
"Bangun Sanaya"
"Tidak Hanan, tolong pergi".
" Tidak mau ".
" Hanan, pergi!! "
Sanaya kembali berteriak membuat Hanan mundur beberapa langkah.
"Sanaya kita sudah berjanji akan selalu bersama. Masalah apapun akan kita bagi bersama. Saya temanmu, saya sahabatmu".
" Tolong pergi Hanan!!".
"Den Hanan tolong pulanglah. Biarkan Sanaya tenang dulu".