SANDIWARA CINTA

Embart nugroho
Chapter #2

RYAN

Motor itu meluncur di jalan hitam. Memasuki perumahan mewah Taman Setia Budi Indah. Setelah berbelok ke kanan, motor itu melaju pelan di aspal hitam. Suara mesinnya menderu pelan. 

Maryati sedang sibuk di kebun bunganya. Ia menyemprot bunga-bunga yang mulai mekar dan mengumpati serangga-serangga kecil yang berpesta pora diantara batang dan daun Mawar. Ia mengganti polybag yang rusak dengan yang baru. Memberi pupuk ke tanaman anggreknya yang beraneka ragam.

Deru suara mesin motor mencuri perhatiannya. Motor bebek warna merah berhenti di depan toko dengan posisi sejajar dengan tulisan MARYATI FLORIST. Maryati menghentikan kegiatannya. Ia meletakkan penyemprot di atas meja dan memerhatikan seseorang turun dari motor. Seorang gadis dengan setelan yang modis berjalan sambil menyandang tas bermerk Lois Vuiton. Tas peninggalan kesuksesannya dulu. Maryati melirik jam tangan di lengan kirinya.

“Dia sudah datang? Cepat sekali,” gumamnya. “Seharusnya dia datang satu jam ke depan,” 

Maryati beranjak dari tempatnya. Ia melepas sarung tangan dan meletakkannya di atas kayu penyangga. Sejenak ia melihat penampilannya di cermin oval yang terletak di sisi pintu masuk, terbuat dari kayu jati berukir. Maryati merapikan rambutnya yang sedikit bergelombang, lalu ia membuka pintu dan menyambut kehadiran Brenda dengan senyum mengembang.

“Halo,” sapanya ramah.

“Halo juga, Tante…” sambut Brenda dengan seulas senyum yang menawan. Sederetan gigi yang putih tersusun rapi, menghiasi bibirnya yang manis.

“Kamu cepat sekali. Maaf, tadi saya masih asyik di kebun, jadi belum merapikan diri,” ujarnya.

“Tidak apa-apa, Tante. Kebetulan jam pelajaran saya hari ini tidak ada. Daripada saya bengong di rumah, mending saya melihat bunga-bunga yang ada di toko tante ini,” ucap Brenda.

“Ohh… dengan senang hati. Mari silahkan…”

“Terima kasih, Tante.” Brenda mengangguk dengan senyuman.

Mereka berjalan memasuki kebun bunga milik Maryati. Batu-batu sungai tersusun rapi di injakan tanah dan mengarah ke sebuah gazebo. Patung seorang anak dengan bentuk yang sangat indah terletak di tengah taman. Mengeluarkan air mancur di vas yang dipegangnya dan sebuah kolam kecil dengan ikan hias berwarna kemerahan.

Wilayah perumahan Taman Setia Budi Indah ini adalah salah satu perumahan mewah di kota Medan. Sebagian besar penduduk di situ memiliki mobil mewah dan pekerjaan yang cukup lumayan.

Brenda berdecak kagum memperhatikan bunga-bunga yang tumbuh subur di halaman. Bermacam jenis Anggrek, Lily, Mawar, Anthurium dan banyak lagi. Maryati merawatnya sangat sempurna. Rangkaian-rangkaian bunganya bisa diacungi jempol. 

Di sebuah gazebo, Maryati mempersilahkan Brenda duduk sambil menikmati hembusan angin dan panorama taman. Rangkaian Anggrek dan Lily terlihat apik di sudut lemari hias. Maryati yang merangkai bunga-bunga itu dengan gaya seni menarik. Brenda memperhatikan beberapa rangkaian Maryati yang sangat elegan. Ingin juga ia memiliki toko bunga seperti Maryati. Apalagi ia sangat menyukai bunga-bunga tropis dan impor.

“Jadi begini, Nak Brenda,” ujar Maryati mengejutkan lamunan Brenda. Brenda tersentak sambil tersenyum tipis. Ia memperhatikan Maryati dengan lekat. Perempuan baya itu masih terlihat cantik. Kulitnya bersih dengan mata bulat seperti perempuan keturunan Belanda.

“Putra saya sangat membutuhkan pendidikan ekstra. Saya ingin nak Brenda memberi pelajaran khusus kepadanya,”

“Ya, saya sudah tahu, Tante. Itu memang tugas saya,” ucapnya lembut.

“Tapi sebelumnya saya minta maaf. Putra saya tidak sesempurna seperti yang anda bayangkan,”

“Maksud, Tante?” Brenda mengerutkan keningnya.

Lihat selengkapnya