SANDIWARA CINTA

Embart nugroho
Chapter #4

ELLA

“Apa? Kamu mengajar cowok autis?” berkerut dahi Ela mendengarkan penuturan Brenda barusan. Brenda mengangguk, lalu mencomot kentang goreng di depannya.

“Bayarannya lumayan, La. Bisa buat bayar hutang,” ujarnya berambisi.

“Apa kamu nggak mikirin resikonya?” Ela seakan menjelma menjadi orang penting yang mengatur segalanya.

“Resiko apa?” Brenda memasukkan potongan kentang ke mulutnya, lalu menyeruput minuman ringan bersoda.

“Yah, kamu akan mengalami hipertensi stadium empat,”

“Jika itu kamu. Aku tahu kamu akan mengalami stroke berat, karena kamu punya bibit sebagai perempuan hipertensi,”

“Mungkin. Dan aku akan mati muda seperti tanteku, hahaha…” Ela tertawa renyah seperti kentang goreng. Brenda tak perlu ambil pusing dengan kata-kata Ela. Dia sudah tidak punya pilihan lain. Beberapa hari yang lalu pemilik rumah kontrakannya datang dan menagih uang untuk kelanjutan rumah. Brenda sangat membutuhkan uang yang sangat banyak jumlahnya.

Miskin bukanlah kehendak setiap manusia, tapi Tuhan memberi ujian kepada umat-Nya untuk terus berusaha. Seperti Brenda yang tengah diuji kesabarannya. Dikejar-kejar kolektor bank, ditagih rentenir dan dipaksa membayar kelanjutan rumah kontraknya. Puuhh…

“Kamu melamun?” Ela membuyarkan lamunan Brenda yang tenggelam pada masa lalu.

Brenda tergagap. “Hh… nggak kok,” ucapnya seraya meraih softdrink dan menyedotnya.

“Sudah sore, kita pulang yuk?” ajak Ela kemudian.

“Pulang?”

“Ya… aku nggak mau mama melototiku karena pulang terlambat,”

“Baiklah... dan aku akan menikmati kesendirianku di rumah. Kamu nggak mau menemaniku sebentar saja?”

“Ayolah, Nda. Kamu nggak akan merasa kesepian jika menerima dokter Dedy sebagai kekasihmu,”

“Ighh… kamu ini apa-apaan sih, La? Aku nggak mau punya kekasih seorang dokter. Kamu tahu kan kesibukan dokter? Selalu nggak ada waktu buat kencan, jalan, apalagi bermesraan. Mereka sibuk ngurusi pasien. Aku juga trauma dengan cinta cowok yang membabi buta,”

“Kenapa kamu nggak pura-pura menjadi pasiennya aja?”

“Ogah! Dah basi!”

“Kamu akan menyesal,”

“Biarin. Daripada aku menyesal karena salah pilih? Aku nggak mau terulang kembali seperti dulu,”

“Itu masa lalu, Nda. Franky memang cowok brengsek yang nggak tahu diri. Kamu jangan apatis dengan cowok. Kamu bisa dicap cewek yang ada kelainan,”

“Yee… enak aja. Aku masih normal, La!” Brenda sewot.

“Yah…asal jangan keterusan menjomblo. Udah ah, yuk pulang. Aku ada janji sama Renold. Kalau aku telat dia bisa direbut orang,”

“Kamu cinta karat amat. Cowok itu jangan terlalu dikasih hati,”

“Yah… karena kamu gagal menjalin cinta dengan cowok pujaanmu kan? Kamu nggak pernah merasakan betapa berartinya seorang cowok bagimu. Betapa damainya jika cowok berada di sampingmu,”

“Dan aku bukan tipe cewek pengejar cowok sepertimu,”

“Setidaknya aku sudah memiliki Renold. Kamu jangan cemburu ya jika aku bermesraan di depanmu dan kami akan menikah secepatnya, hehehe…”

Lihat selengkapnya