Brenda duduk di beranda sambil menikmati kicauan burung. Maryati masih di kamarnya. Diam-diam ia melirik jendela kamar Ryan di lantai dua. Ia melihat sosok bayangan di sana. Ryan mengintainya. Brenda tersenyum tipis ketika Ryan memalingkan wajahnya.
“Kamu sudah datang, Nda?” tegur Maryati dari dalam rumah, lalu berlajan melewati koridor.
“Selamat pagi, Tante…” sapa Brenda lembut.
“Pagi, Nda… Maaf, tadi saya masih merapikan diri. Nggak enak kalau terkesan nggak rapi,” ujar Maryati.
“Ah tante… biasa aja kok,”
Maryati tersenyum tipis.
“Apa rencanamu hari ini?”
“Hmm…” Brenda berpikir sejenak.
“Bagaimana kalau kita keluar?” usul Maryati.
“Maksud, Tante?”
“Kita jalan-jalan. Yah, sebagai relaksasi untuk Ryan. Kita bisa keliling kota Medan atau ke taman hiburan? Atau kita ke Brastagi…?”
“Boleh juga, Tante. Usul yang bagus. Siapa tahu Ryan senang jalan-jalan, sambil menimati pemandangan…”
Maryati tersenyum. “Sebentar ya, tante panggil Ryan dulu,”
Brenda mengangguk pelan. Maryati menghampiri kamar Ryan dan membujuk Ryan untuk menikmati dunia luar. Ryan sedikit berontak ketika Maryati mengajaknya, namun Maryati terus membujuk Ryan.
“Ayolah, Yan… kita bersenang-senang di luar. Atau kita nonton? Atau kita ke puncak…?”