SANDIWARA CINTA

Embart nugroho
Chapter #16

Perkelahian Baim dan Ryan

Matahari pagi menerobos kisi-kisi jendela rumah Brenda. Ia tengah duduk santai di teras samping sambil memperhatikan bunga-bunga di halaman. Sudah pukul delapan. Brenda melewatkan pagi-pagi yang indah. Dimana embun-embun berkerendahan dan membuat mahkota di daun-daun tamannya telah lenyap. Brenda tersentak kaget ketika handphonenya berdering. Dari Baim. Malas Brenda mengangkat handponenya, tapi suara itu terus menggelegar. Dengan berat ia menekan tombol OK.

“Halo…” sapa Brenda dingin.

“Aku mau bicara, Nda!” ucap Baim ketus.

“Kamu mau bicara apa lagi, Im? Di antara kita tidak ada hubungan apa-apa?!”

“Itu menurutmu. Bagiku kamu adalah kekasihku. Aku mencintaimu, Nda. Aku tidak bisa berpisah denganmu.” kata Baim dari seberang sana. Suaranya membuat Brenda jengah.

“Jangan memaksakan kehendakmu, Im. Aku bukan kekasihmu!”

“Nda, please. Aku mau bertemu dengan kamu,”

“Maaf, aku nggak bisa. Sore nanti aku ada janji dengan temanku,”

“Kamu batalkan saja janjimu itu. Please, demi status hubungan kita,”

“Status? Kita tidak ada hubungan apa-apa, Im! Apalagi yang kamu inginkan dariku?!”

“Aku ingin bertemu denganmu. Aku tidak bisa melupakanmu,”

“Im, aku tidak bisa menemuimu hari ini. Pertemuan ini jauh lebih penting dari apa pun!”

“Oh, begitukah…?” nada suara Baim semakin meninggi. “Apakah kamu pikir pertemuan kita tidak penting?”

“Kamu egois, Im. Tolong, aku tidak ingin bersitegang sama kamu. Ini masalah pekerjaan. Tolong hargai aku. Aku mau bertemu dengan klienku,”

“Baiklah. Aku menunggu keputusanmu dalam dua hari ini. Aku ingin kepastianmu sekali lagi.”

“Terserah kamu, Im!”

Klik. Brenda mematikan handphonenya dengan kesal. Dia menarik nafas panjang. Apa sih maunya cowok itu? Ugh…sialan. Brenda lupa mengganti no handphonennya.

Pagi itu Brenda menyempatkan diri membawa mobilnya ke bengkel. Dengan uang yang masih ada beberapa juta cukuplah untuk membetulkan mobilnya.

 

###

 

Mobil Brenda berhenti di depan rumah Maryati. Seperti biasa ia menyapa perempuan itu dengan senyuman mengembang, tapi di wajah Maryati terlukis kesedihan. Brenda menangkap kesedihan itu di mata Maryati.

“Tante baik-baik saja?” tanyanya. Maryati tersenyum tipis.

“Saya baik-baik aja kok, Nda…”

“Wajah tante terlihat murung. Ada apa? Apakah ini menyangkut Ryan?”

Maryati menggeleng pelan. “Sudahlah, Nda. Ini masalah pribadi saya,”

Lihat selengkapnya