Keributan di subuh itu akhirnya didengar oleh Musyrif dan setelah selesai sholat Subuh berjamaah, Arif dan Hamzah dibawa ke ruangan ustadz. Tuduhan melakukan ghosob--mengambil barang orang lain dengan terang-terangan tanpa seijin orang tersebut--memang tidak seberat melakukan Syariqoh atau mencuri uang, tapi cukup membuat malu bagi santri yang ketahuan melakukan ghosob dan hal itu juga mendapat hukuman seperti membersihkan kamar mandi atau kepalanya digunduli.
Kali ini Dafi tak mau menunggu sampai Ustadz mengambil tindakan dengan menghukum Hamzah. Dafi dengan berani masuk ke ruangan. Ustadz dan menginterupsi Ustadz dan Musyrif yang sedang menginterogasi Hamzah.
"Bukan Hamzah yang melakukan ghosob, Ustadz. Saya tahu siapa pelakunya," ujar Dafi berani.
Arif tersenyum sinis menatap Dafi.
"Oh, kau lagi Dafi. Ustadz omongan Dafi ini jangan dipercaya. Dia berlagak seorang cenayang! Semua bisa tahu dengan menerawang seperti dukun!" ujar Arif melepaskan emosinya.
Ustadz Ramzi kali ini sebagai pemeriksa dalam permasalahan ghosob yang dituduhkan kepada Hamzah. Dia berpikir sejenak kenapa Arif sampai menuduh Dafi adalah seorang cenayang? Atau benarkah desas-desus dikalangan para Ustadz bahwa Dafi adalah seorang anak indigo--indigo adalah fenomena baru kehidupan manusia yang memiliki ketajaman indra keenam, bisa melihat sesuatu yang belum terjadi atau dapat melihat masa lalu dan bisa melihat makhluk atau materi-materi halus yang tidak tertangkap oleh indera penglihatan biasa--yang selalu dimusuhi oleh teman-temannya sekelas?
"Kenapa kau mengatakan bahwa bukan Hamzah yang mengambil baju koko kepunyaan, Arif?" tanya Ustadz Ramzi pelan dan persuasif.
"Saya bisa menunjuk siapa orang yang melakukannya, Ustadz," sahut Dafi dengan wajah menunduk.
"Siapa pelakunya, katakan sekarang!" sela Arif marah.
"Yusuf yang melakukannya."
Jawaban Dafi yang singkat dan jelas membuat Ustadz Ramzi dan seorang Musyrif yang berada di ruangan itu menjadi terdiam. Kalau Dafi tidak punya bukti tidak mungkin ia seberani itu menunjuk nama. Lain halnya dengan Arif, ia tampak gugup dan salah tingkah mendengar nama orang yang mengambil baju kokonya itu.
"Baiklah, sekarang panggil Yusuf kemari," perintah Ustadz Ramzi kepada seorang Musyrif yang berada di ruangan itu.
Suara berisik di luar ruangan terdengar seperti kerumunan lebah. Ternyata banyak santri yang menguping di luar ruangan. Salah satu diantaranyabadalah Yusuf yang namanya disebut-sebut sebagai tersangka. Dia ingin kabur dari tempat itu, tapi keburu terlihat oleh Musyrif yang sudah berada di luar.
"Yusuf, masuk sini!" Musyrif memanggil sambil melambaikan tangannya kepada Yusuf.
Yusuf tak berkutik. Langkahnya terhenti dan kembali berbalik lalu melangkah menuju ruangan Ustadz.
"Duduk sini," ujar Ustadz Ramzi kepada Yusuf.