"Gusti," sapa sesosok laki-laki di hadapan Rani.
Rani tak bisa melihat jelas sosok yang bak bayangan muncul dari balik kabut lalu berjalan mendekat. Rani akhirnya bisa melihat jelas sosok bertelanjang dada itu saat jaraknya sekitar selangkah di hadapannya. Lelaki dengan kain batik hitam, memakai ikat pinggang kulit, rambutnya bergelung di atas kepala, wajahnya tak begitu jelas terlihat. Rani baru bisa melihat wajah sosok asing itu saat mendekat sejengkal di depan wajahnya. Sosok berkulit sawo matang, berhidung mancung, berbibir tipis dan bermata tajam. Rani terbelalak saat melihat mata lelaki itu menyala merah dan tangannya yang memakai gelang akar bahar membelai lembut pipinya. Rani mundur ketakutan lalu jatuh terduduk dalam kabut yang terhambur ke udara.
Rani terbangun dari tidurnya. Dia mendapati dirinya sudah jatuh terguling di lantai. Ah, mimpi. Hanya mimpi. Bagaimana bisa aku jatuh dalam mimpi dan benar-benar jatuh dari ranjang, batin Rani sambil duduk di lantai lalu menyibak selimutnya.
Alarm jam di gawainya berdering. Setelah salat subuh, Rani siap-siap membawa tas ranselnya keluar kamar hotel. Gawainya berdering saat Rani keluar pintu. Tertera nama Kenanga di layar.
"Ya halo, aku turun. Tunggu," ucap Rani lalu menutup panggilan.
Tiba-tiba saja tengkuk Rani merinding saat berdiri di depan lift. Dia merasakan ada yang mengawasi di belakangnya. Bulu kuduknya mulai merinding saat dia menoleh, tak ada siapa pun.
"Bismillah, Ya Allah semoga tak ada apa-apa," ucap Rani dalam hati lalu masuk ke dalam lift yang baru saja turun dan pintunya mulai terbuka.
Rani diam dicekam rasa takut. Gadis berkerudung biru muda berjaket kelabu itu mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruang lift yang membawanya turun ke lantai dasar.
Tiiing! Lift berhenti di lantai dua.
Rani langsung bisa bernapas lega, akhirnya ada yang menemani turun.
Ssssaat! Pintu lift terbuka.
Tak ada orang yang berdiri menunggu di depan pintu lift.
Rani mulai merasa horor. Dia mundur mepet ke dinding belakangnya.
"Halo! Apa ada orang?" seru Rani dari dalam lift dengan suara gemetaran.
Sedetik dua detik tiga detik tak ada orang yang muncul di depan pintu lift yang terbuka. Rani mulai ketakutan. Wajahnya menegang.
"Baaaaah!"
"Whaaaaa!
Rani berteriak kencang sambil menutup wajahnya karena ketakutan. Tubuhnya gemetaran. Sosok yang ada di depan pintu lift tertawa terbahak-bahak. Rani membuka tangannya.