SANG GUSTI

Maria Ispri
Chapter #4

SANG GUSTI (4)

Sahl sesak nafas karena cekikan laki-laki berperawakan kekar berkain hitam. Sahl sendiri tak tahu asal laki-laki itu, yang tiba-tiba muncul, lalu menyerangnya. Laki-laki yang memakai gelang akar bahar itu mendorong Sahl sampai terpojok ke sebuah pohon besar. 

"Jangan pernah kau injakkan kakimu di Banua. Maharani milikku," ucap si Kain Hitam dengan wajah marah. Merasa kalah tenaga, Sahl tak kekurangan akal. Dia mengambil tanah, lalu melemparkannya ke arah wajah si Kain Hitam. Lelaki jahat itu merasakan pedih di matanya, lalu melepaskan cekikannya. 

Sahl terbangun dari mimpinya. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat, kepalanya sakit. Dia duduk sambil merenungkan mimpinya barusan. Lelaki berkain hitam itu datang hampir setiap hari, setelah dia mendapat surat tugas untuk berangkat memeriksa sebuah gua yang baru ditemukan di pelosok Kalimantan yang diduga terdapat peninggalan purbakala. Dia merasa aneh, karena tak pernah bermimpi hal yang sama hampir tiap hari. Siapa Maharani yang disebut oleh si Kain Hitam, Sahl juga tak tahu dan merasa tak memiliki teman perempuan bernama itu. Dia meminum segelas air dan tak bisa tidur lagi.

***

Sahl memandang tiket pesawat yang ada di tangannya. Hatinya bimbang antara berangkat ataukah tidak ke Kalimantan. Bukan tanpa alasan kebimbangan itu muncul, hal itu karena mimpi buruknya. 

Gawai Sahl berbunyi. Tertera nama Bapak, tapi sebelum diangkat panggilannya terputus. Sebuah pesan masuk.

[Jadi pulang?] tanya Bapaknya Sahl

[Ya] jawab Sahl

[Mampir ke Gresik dulu, ada yang mau kubicarakan] pinta Bapaknya Sahl

[Insya Allah]

Sahl memandangi gawainya. Dia mulai berkemas, memasukkan baju-baju yang akan dibawanya ke seberang lautan. Sahl nekat berangkat berkendara dari Yogyakarta ke Gresik menemui orangtuanya terlebih dahulu.

***

Lihat selengkapnya