Sang Idola

kartika wulandari
Chapter #5

PENGAKUAN

Tubuh Ansel membeku saat mendengar kata yang diucapkan Brianna dengan pelan. Dua kata yang membuat tubuh Ansel tiba-tiba bergetar.

"Bie? Benarkah yang baru saja kamu ucapkan?"

Brianna kembali tidak merespon pertanyaan Ansel dan tertidur. Minuman yang diminum Brianna membuat Brianna tidak sadarkan diri dan berkali-kali memuntahkan isi perutnya.

Ansel kembali melajukan mobilnya dengan pelan setelah melihat Brianna sudah tidak merespon pertanyaannya. Ansel membawa Brianna pulang ke apartemennya, bukan karena Ansel tidak tahu dimana rumah Brianna tetapi karena Ansel tidak ingin melihat nenek Mila khawatir.

Selama perjalanan Ansel berkali-kali melihat kearah Brianna yang tertidur di sampingnya. Andre bilang Brianna terlalu banyak minum dan tidak bisa dihentikan meski Andre sudah berkali-kali melarang Brianna memesan minuman kepada bartender, teman Andre.

"Ada apa dengan kamu, Bie? Kamu bukan peminum, tapi kamu minum banyak saat pesta tadi." Ansel merasa bersalah melihat keadaan Brianna saat ini. Brianna terlihat sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. terlihat sedang menyimpan sesuatu yang sangat berat. Brianna sudah sangat jarang menceritakan semua masalahnya bahkan tidak lagi semenjak Ansel mulai mendekati Maria.

Saat Ansel bercerita tentang pendekatannya kepada Maria, Brianna tidak berkomentar sedikitpun bahkan Brianna mendukung Ansel. Brianna bilang kalau dia juga bahagia, tapi jika bahagia kenapa semakin lama keadaan Brianna semakin terlihat tidak bahagia?

"Bie, kita sudah sampai." Ansel membuka sabuk pengaman Brianna setelah dia membuka pintu penumpang tempat Brianna duduk, dan kembali memapah tubuh Brianna.

Brianna membuka matanya sesaat, kepalanya terasa berputar-putar sehingga dia memejamkan matanya lagi. Melihat Brianna tidak lagi membuka matanya, Ansel membopong tubuh kecil Brianna. Membawanya masuk ke dalam apartemen Ansel.

"Aku mau pulang. Ini bukan kamarku!" Brianna berusaha bangun meski kepalanya terasa sangat berdenyut.

"Kamu mau pulang dengan keadaan seperti ini?" Brianna tidak menghiraukan ucapan Ansel dan tetap berjalan meski tertatih.

"Pikirkan, bagaimana perasaan nenek nanti saat melihat kamu kacau seperti ini." Brianna langsung berhenti saat mendengar kata nenek dari bibir Ansel. Tangannya tidak jadi menarik gagang pintu dan air matanya kembali mengalir. Tubuh Brianna luruh, kepalanya dia tekuk diantara kedua lututnya.

"Sebenarnya ada apa dengan kamu, Bie? Bicara padaku! Jangan memendamnya sendiri, aku tidak akan pernah tau tanpa kamu beri tau."

Ansel berjalan mendekat dan duduk didepan Brianna, kedua tangannya memegang pundak Brianna lembut.

"Bie..."

Brianna tetap tidak mengeluarkan suara apapun kecuali suara tangis yang dari tadi keluar dari bibir mungilnya.

"Bie, lihat aku!" Brianna mendongak saat tangan Ansel memegang kedua pipi Brianna dan mendongakkan kepalanya.

"Ada apa sebenarnya, Bie? Bilang padaku! Jangan seperti ini!" Ansel memeluk tubuh Brianna erat. Air mata Brianna semakin deras mengalir.

"Kamu jahat!"

Teriak Brianna sambil memukul dada Ansel dengan keras. Pelukan Ansel semakin erat, air matanya juga ikut jatuh melihat tangis Brianna yang semakin keras.

"Katakan, Brie! Katakan semua yang selama ini mengganggumu. Jangan membuat aku takut dengan melihat kamu seperti ini!"

"Kenapa kamu seperti ini? Kamu jahat padaku!" Brianna kembali memukul dada Ansel.

Lihat selengkapnya