Ayudia pelan-pelan menyusuri rumah TKP penyerangan oleh vampir. Matanya dengan teliti memeriksa setiap inci rumah ini.
Barang-barang yang berhamburan di seluruh rumah. Bantal, guling, horden, sofa yang tercabik-cabik. Tanda cakar terlukis jelas hampir di semua dinding rumah. Percikan darah di lantai dan beberapa di perabot rumah.
Ayudia melihat ada muncratan darah sangat banyak dan beberapa potongan daging serta tulang di dekat meja televisi. Ayudia mengelilingi titik itu sambil memperhatikan pola muncratannya. Dilihat dari polanya ada sebuah benda yang diledakkan di sana.
"Polanya sama dengan yang ada di dalam kamar korban."
Ayudia langsung mendonggakkan kepala ke kanan. Seorang polisi laki-laki berbadan tegap dengan papan nama "Bram" berdiri di sampingnya.
"Apakah itu milik kedua orang tua korban?" tanya laki-laki yang bernama Bram itu.
"Ayah korban sedang ada bisnis di luar kota," jawab Ayudia. "Dan dilihat dari apa yang terjadi, pelaku bukanlah vampir."
“Aku juga berpikiran hal yang sama. Ini terlalu agresif.”
“Benar. Vampir tak pernah meninggalkan jejak terlalu banyak seperti ini. Tapi korban memberikan kesaksian bahwa ia diserang oleh vampir.”
Ayudia mendesah, frustasi.
“Kita berpikir positif saja. Mungkin vampir yang ini cukup agresif dan suka memainkan korbannya dulu,” ujar Bram sambil memegang perutnya.
“Yaaa baiklah.”
Ayudia menyadari rekannya yang sedang meringis menahan sesuatu lalu menanyakan apa yang terjadi pada Bram.
“Aku cuma mules kok.”
“Habis makan apa kau saat jam makan tadi?”
“Ayam geprek dengan cabe rawit dua puluh biji.”
Mata Ayudia rasanya ingin loncat dari kepalanya.
“Rasanya sangat mantap, Ipda Ayudia,” ujar Bram sambil mengangkat satu jempol tangannya.
“Hm, mantap juga untuk perut kau," ucap Ayudia, pergi keluar rumah.
“Ah, Inspektur Ayudia, jangan cepat-cepat. Aku tak bisa mengimbangi langkah Anda, Ipda Ayudia,” kata Bram berusaha berjalan cepat sambil memegangi perutnya yang mules.
Ayudia tak mengindahkan ucapan Bram. Ia terus berjalan cepat.
Ayudia dan Bram keluar dari TKP. Para warga sekitar yang bergerombol hanya sekedar ingin tahu masih berdiri di belakang garis polisi, bahkan jumlahnya kian bertambah. Beberapa polisi berdiri di depan garis kuning menjaga jika ada warga yang nekad menerobos.
Ayudia dan Bram mengacuhkan warga sekitar yang sudah sangat ingin tahu sekali. Mereka masuk ke dalam mobil lantas bersegera kembali ke kantor.