Hidup terus berjalan meski kaki berat melangkah, itulah yang sedang Mentari alami sekarang. Suka ataupun tidak tanggung jawab yang harus di pikulnya memaksanya untuk mulai belajar mengelola usaha peninggalan sang suami, dengan di bantu karyawannya sedikit demi sedikit usaha itu mulai menampak kan hasilnya. Mentari bersyukur kedua anaknya juga tak pernah rewel meskipun sering dia tinggal dengan kesibukannya mencari customer baru dan jalan keluar dari masalah keuangan kantornya. Kedua orang tuanya juga sangat membantu, begitupun dengan mertuanya. Hanya butuh waktu 3 bulan usaha yang di pegangnya menbuahkan hasil. Ide nya untuk memperluas usaha dengan menambah jasa instalasi listrik dan jaringan komputer mendapat sambutan yang sangat baik.
Namun seiring dengan kesuksesan yang di terimanya cibiran miring tentangnya mulai terdengar tidak nyaman di telinga. Bagaimana tidak. Gosip tentang dia yang memanfaatkan status janda dan kecantikannya untuk mengaet pimpinan perusahaan memilihnya dalam setiap lelang pengadaan santer terdengar diseisi kota. Janda, muda, cantik dan pintar, paduan yang pas dan makanan yang lezat untuk gosip yang tidak berdasar. Semua karyawannya tahu seperti apa bos nya bersikap. Mentari menjelma menjadi perempuan yang tegas tapi tetap lembut, ide-idenya sangat bagus, dia yang akan menangani sendiri setiap ada proyek, menentukan barang yang berkualitas dan layanan yang sangat tanggap menjadi prioritasnya. Jadi sangat wajar jika mereka sering menang dalam lelang.
Dua tahun berlalu sejak kematian Saif, selama itu Mentari sibuk dengan pekerjaan dan tugasnya sebagai ibu dari kedua putranya. Berat. Jangan ditanya. Di tambah dengan cibiran dan bahasan yang tak menyenangkan tentang dia yang suka merayu pria meskipun semua tuduhan itu tidak berbukti. Bukan salah Mentari jika banyak pria yang terpesona dengannyanya. Namun yang jelas meskipun sering mendapat tatapan memuja dan perlakuan istimewa dari rekannya tak pernah membuatnya keluar jalan dan memanfaatkan mereka.