"Ma. Bisakah berhenti kerja dan fokus dengan keluarga saja?" perempuan itu mendegus kesal. Tampak wajanya keberatan dengan pembahasan ini.
"Kenapa harus bahas hal ini lagi sih Pa?" sahutnya ketus.
Ini sudah kesekian kalinya aku membujuk perempuan yang berstatus sebagai istriku itu untuk berhenti bekerja dan mengurus rumah. Entah apa yang diharapkannya dari bekerja. Uang? Ah penghasilanku sudah sangat cukup, meskipun kami tinggal di kota besar. Meski tidak bekerja dia masih bisa makan dan bersenang-senang. Aku bukan pria yang perhitungan dengan uang. Bukan tanpa alasan aku memintanya resign. Satu bulan lalu adikku Kirana menelponku dan memberi tahu kondisi Ibuku.