Sang Martir Cinta

Deni Sutan Bahtiar
Chapter #1

kata pengantar

Kata Pengantar

 

Kisah cinta sejak dulu hingga kini masih tetap akan menjadi kisah yang mengagumkan bagi siapa saja dan tidak pernah memilih usia. Sebab, cinta adalah perasaan paling keramat di muka bumi ini. Sebuah rasa yang paling azali, rasa yang dibawa sejak manusia pertama kali terlahir bumi. Kekuatannya melebihi kekuatan benteng raksasa, kedalamannya melebihi samudra, ketinggiannya tak terhingga, keindahannya tak tergambarkan. Bagi mereka yang mempermainkan sebuah “perasaan” yang sakral itu, pasti mereka akan mendapatkan penderitaan berkepanjangan, karena Tuhan akan mengutuk mereka. Karena cinta, si kaya akan sanggup bertekuk lutut dihadapan si miskin. Sang panglima perang yang gagah akan melemah menuruti rasa cintanya pada seorang gadis dari rakyat biasa.

Perasaan cinta seperti jala yang dapat membuat siapa saja terperangkap dan tak dapat terlepas, kalaupun sanggup ia terlepas, pasti ia dengan keadaan tubuh penuh luka dan perih.

Tuhan telah memperkenalkan hati manusia pada cinta, sebagai sebuah kendaraan untuk mengarungi hidup dengan penuh kebahagiaan, dan memaksa kita untuk membuka mata terhadap perasaan yang fitrah itu; “Namun jika kita akan mendapatkan kebahagiaan dari cinta, maka jalan yang harus kita tempuh terjal dan berliku. Kita harus siap dengan badai yang menghadang untuk menghempaskan sebagai sebuah cobaan setiap saat.”

Sungguh cinta bak matahari, sedang manusia adalah embun, ia yang akan membimbing kita ketempat yang paling tinggi dengan kehangatan sinarnya yang abadi.

Hingga pada suatu ketika kita akan menemukan rindu, hasrat ingin berjumpa karena terpisah jauh dengan kekasih. Dengan rindu itu pula kita akan menemukan betapa berharganya arti sebuah kebersamaan. Atau bahkan menyisakan perih karena luka kecewa.

Rindu menjadi rasa baru bagi mereka yang terpisah.

Lihat selengkapnya