Sang Martir Cinta

Deni Sutan Bahtiar
Chapter #4

#4 Taman

Taman

Cinta pada pandangan pertama merupakan cinta pesona atau cinta yang bersifat fisik. Cinta yang demikian itu digolongkan dalam passionate love yang ditandai oleh rasa rindu yang hebat. Berbeda dengan cinta yang lebih dewasa, sangat jauh dari emosi yang menggebu-gebu dan merupakan perpaduan antara rasa kasih sayang yang mendalam, pengertian, komitmen, dan keintiman. Sebenarnya rasa cinta dan sayang adalah bagian yang berkaitan dengan perasaan, afeksi, dan emosi dalam kehidupan manusia.

Bagi sebagian orang cerita ini mungkin bukan cerita yang luar biasa. Tapi bagi Faiz dan Nabila kisah ini merupakan kisah yang penuh makna, penuh perjuangan, melodrama yang asik dan mendayu. Satu kisah yang membuktikan kekuatan cinta dan kekuasaan Sang Maha Pencipta, yang dirangkai pada sebuah kisah pada kehidupan hambanya.

Hingga suatu hari pada sebuah Senja, laki-laki sederhana keluar meninggalkan rumahnya menuju taman kota dengan mengendarai motor lawasnya yang dibeli dari tetanganya. Membawa beberapa buku yang ingin dibaca saat di taman nanti. Ia memang telah mencintai buku tiga-empat tahun yang lalu. Berjalan berlahan menyusuri perkebunan pinus dan persawahan milik petani Desa. Ia ingin membuang kepenatan, menghibur hati dan membebaskan jiwanya yang dihampiri rasa bosan. Tapi ia tetap tidak tahu apa yang telah menyebabkan itu semua.  

Tak terasa ia telah sampai di pintu gerbang taman, ia turun dari motornya, berjalan berlahan, berhenti sejenak, matanya memandang kesekeliling taman, mencari tempat duduk; di ujung taman terlihat bangku masih belum penuh diduduki. Dari kejauhan terlihat dua orang gadis yang sedang asik bercanda. Laki-laki itu terus berjalan mendekati bangku kosong itu, ia segera saja duduk tepat di depan dua gadis yang tentu berjarak meja yang memiliki satu kaki, kecil, kokoh. Dua gadis itu sedari tadi terlihat asik bercanda. Laki-laki itu tidak memperdulikan mereka dan ia memulai membuka-buka buku yang sengaja ia bawa dari rumah; lama ia terdiam, hanya terus mengeja huruf dalam lembaran kertas yang ia buka.

Tak tahan mata lama-lama memandang bait-bait kata dan sesekali ia mencuri pandang pada satu gadis yang berjilbab kembang-kembang yang sedari tadi bercanda dengan sahabatnya. “Senyum yang manis, gigi yang indah, suara yang lembut. Sungguh dia cantik”. Laki-laki itu membatin.

Entah kenapa laki-laki itu merasa sangat ingin berkenalan dengan gadis itu; tapi perasaan malu mengurungkan niatnya. Ia mencoba menutupi perasaan itu dan kembali membaca bait demi bait kata, ia mencoba tak menghiraukan perasaan dan keinginannya.

Sementara gadis itu sesekali mulai mengamati laki-laki itu, mengamati lelaki yang sedari tadi sibuk membaca buku. Dan terdengar bisik-bisik dua gadis itu yang sepertinya sedang membicarakan laki-laki yang ada didepannya, tapi laki-laki itu tetap terdiam seolah tak mendengar apa yang dibicarakan mereka berdua, ia tetap menunduk mengamati kata demi kata, membaca buku bait demi bait.

Saat kali pertama laki-laki itu melangkahkan kaki untuk pergi ke taman ini, ia tidak berfikir akan berjumpa dan berkenalan dengan seorang gadis nan cantik. Namun kini keinginan itu menganggu konsentrasinya, ia mulai merasa tidak nyaman dengan perasaannya sendiri, perasaan yang aneh. Sementara dua gadis itu sibuk dengan hanphone-nya masing-masing. Mereka tidak menyadari bahwa laki-laki yang duduk dihadapannya telah banyak mencuri pandang.

Diujung taman ini pertama kali ia menatap dalam-dalam wajah seorang gadis yang tak terlihat cela di wajahnya, kecantikannya membuat setiap mata tak dapat melihat kehadiran orang lain di sekitarnya, gadis itu seperti bunga mawar yang hidup diantara semak belukar, indah tak tertandingi.

Lihat selengkapnya