Sang Martir Cinta

Deni Sutan Bahtiar
Chapter #10

#10 Perpustakaan

Perpustakaan

Setelah pertemuannya dengan Nabila di café yang menjadi tempat ternyaman untuk saling bercerita. Faiz segera kembali kerumah dan berfikir untuk menyusun kata-kata yang akan diucapkan saat mengungkapkan kata cintanya pada Nabila dilain waktu saat pertemuan kembali terjadi.

Malam gelap telah berlalu, fajar hampir menyingsing, kokok ayam jantan lamat terdengar bersahutan. Faiz masih gelisah dipembaringan, matanya sama sekali sulit untuk terpejam, tidak bisa terlelap. Ada perasaan yang menakut-nakuti bahwa; ‘kelak perasaan cinta dan segala harapan dan keinginannya hanyalah kesia-siaan dan hanya menjadi mimpi belaka. Kebahagiaan dan ketentraman hidup hanya khayalan kosong tanpa kenyataan’. Sementara disepotong hati Faiz yang lain, berkata; ‘jika benar apa yang dikatakan oleh rasa ketakutan itu, oh Tuhan, betapa mungkin kehidupan ini akan berjalan indah. Dan betapa suramnya wajah kehidupan ini’.

Faiz tetap meyakinkan diri dan berkata dalam hati; ‘sungguh angan-angan indah yang aku pelihara selama ini pasti akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan, sebagaimana rincis hujan menumbuhkan buah-buahan dan bunga yang bermekaran di bumi. Dan segala sesuatu yang telah tumbuh di kedua belah hatiku ini, tidak akan pernah berubah menjadi kecewa, meskipun aku adalah anak dari seorang penjual kerupuk ubi yang tidak pernah bermimpi menjadi anak seorang pengusaha yang kaya raya. Aku tidak akan melambungkan khayalanku dan tidak mengharap sesuatu yang mustahil itu’.

Lihat selengkapnya